Sabtu 30 May 2020 19:45 WIB

Hadapi Covid-19, Bio Farma: Indonesia Perlu Kolaborasi

Bio Farma akan berkolaborasi dengan lembaga riset luar negeri.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
 M. Rahman Roestan
Foto: Antara/Muhammad Adimadja
M. Rahman Roestan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Salah satu upaya Indonesia dalam bidang kesehatan untuk mengatasi Covid-19, Indonesia telah berpartisipasi dalam WHO Solidarity Trial yang bertujuan untuk mempercepat penemuan obat dan vaksin yang berkualitas, manjur dan aman.  Solidaritas Trial ini menunjukan bahwa dunia menggalang kerja sama riset untuk mengatasi masalah bersama yaitu penanganan Covid-19.

Direktur Opearsi Bio Farma, M Rahman Roestan, mengatakan, dalam menghadapi Covid-19, dari sisi industri, Indonesia memerlukan kolaborasi industri, regulasi, diplomasi terutama saat pandemic dimana seluruh negara bergerak utk mencari partner.

Menurutnya, diplomasi kesehatan global menyatukan disiplin kesehatan masyarakat, urusan internasional, manajemen, hukum dan ekonomi dan berfokus pada negosiasi yang membentuk dan mengelola lingkungan kebijakan global untuk kesehatan. 

"Hubungan antara kesehatan, kebijakan luar negeri dan perdagangan menjadi hal yang baru dalam diplomasi kesehatan global," kata Rahman.

Terkait pembuatan vaksin, kata dia, dalam jangka panjang, Bio Farma tergabung dalam koalisi nasional bersama konsorsium pengembangan vaksin Eijkman dan Litbangkes untuk kemandirian nasional. Sedangkan dalam jangka pendek, Bio Farma akan berkolaborasi dengan lembaga riset luar negeri, salah satunya adalah Coalition for Epidemic Preparedness Inovation (CEPI) dari Oslo Norwegia, dan manufacturer dari China yang telah diakui oleh WHO dan bersedia memberikan transfer teknologi ke Indonesia. 

"Sehingga, hal ini, merupakan bukti nyata adanya kolaborasi riset dan produksi lintas negara," katanya.

Bio Farma sebagai induk holding farmasi, kata dia, memiliki kompetensi dalam bidang bioteknologi yang sudah berkembang ke arah lifescience. Sementara, anggota holding farmasi, Indofarma, akan fokus ke herbal medicine dan berkembang ke alkes, dan Kimia Farma fokus ke chemical medicine baik unutk obat dan bahan baku obat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement