Sabtu 30 May 2020 17:51 WIB

Covid-19 Dorong Rekor Tertinggi Tabungan di AS

Jika wabah terus berlangsung, tabungan juga bisa tergerus.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Sejumlah warga berbaris untuk memasuki toko di St. Mark’s Place, New York, Amerika Serikat, awal April lalu. Laporan dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan, seiring penurunan konsumsi publik, terjadi peningkatan jumlah simpanan masyarakat melalui tabungan ke level tertinggi sepanjang sejarah AS.
Foto: EPA-EFE/JASON SZENES
Sejumlah warga berbaris untuk memasuki toko di St. Mark’s Place, New York, Amerika Serikat, awal April lalu. Laporan dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan, seiring penurunan konsumsi publik, terjadi peningkatan jumlah simpanan masyarakat melalui tabungan ke level tertinggi sepanjang sejarah AS.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tingkat konsumsi Amerika Serikat mengalami tekanan sepanjang Maret-April akibat sentimen negatif dari wabah virus corona (Covid-19). Seiring dari menurunnya konsumsi, terjadi peningkatan jumlah simpanan masyarakat melalui tabungan ke level tertinggi sepanjang sejarah AS. Situasi itu dinilai akan berdampak pada pemulihan ekonomi AS yang butuh waktu bertahun-tahun.

Sebagaimana dilansir Reuters, Sabtu (30/5), laporan dari Departemen Perdagangan AS pada Jumat (29/5) tersebut menunjukkan ekonomi AS saat ini sangat bergantung pada pemerintah. Bantuan fiskal pemerintah AS yang bernilai hampir 3 triliun dolar AS hanya mendorong kenaikan jumlah uang yang dipegang masyarakat.  

Baca Juga

Bersamaan dengan berita penurunan ekspor bulanan AS, laporan itu membuat para ekonom mengantisipasi kontraksi terbesar untuk produk domestik bruto (PDB) pada kuartal kedua 2020.  Data suram juga ditunjukkan di sektor tenaga kerja, produksi manufaktur, dan properti.

"Saat ini, ekonomi benar-benar tergantung pada kemurahan hati pemerintah," kata Kepala Ekonom Naroff Economic, Joel Naroff.

Naroff juga masih bertanya-tanya apakah pemerintah federal akan terus mengirim bantuan atau akankah hanya membantu rumah tangga namun membiar sektor bisnis layu mengering.

Departemen Perdagangan mengatakan, pengeluaran konsumen yang menyumbang lebih dari dua per tiga ekonomi AS anjlok 13,6 persen pada April. Penurunan ini merupakan yang terbesar sejak 1959. Itu pun melampaui penurunan pada Maret yang anjlok 6,9 persen.

Para ekonomi yang disurvei oleh Reuters memperkirakan belanja konsumen akan anjlok hingga 12,6 persen pada April 2020. Pengeluaran ditekan oleh penurunan pengeluaran untuk perawatan kesehatan. Salah satunya, seperti tutupnya klinik dokter gigi, serta ditundanya tindakan operasi elektif, dan kunjungan nondarurat untuk fokus pada pasien Covid-19.

Belanja di restoran juga mengalami penurunan. Sebab masyarakat AS beralih ke layanan pengiriman dan penjemputan untuk hotel dan motel. Pengeluaran masyarakat untuk makanan dan minuman juga turun April 2020.

Namun, dibalik menurunnya konsumsi, terjadi peningkatan pendapatan atau tabungan bagi konsumen pada April. Salah satunya sebagai dampak dari transfer pemerintah sebesar 3 triliun dolar AS untuk rumah tangga. Jutaan orang masing-masing menerima 1.200 dolar AS terutama bagi pengangguran yang mencapai 31 juta orang.

Lebih lanjut, penghasilan pribadi masyarakat AS naik dan menyentuh rekor hingga 10,5 persen pada April. Tanpa uang dari pemerintah, pendapatan akan turun 6,3 persen dengan penutupan bisnis mendorong penurunan upah sekitar 8 persen.

"Jika ekonomi dibuka kembali dengan cepat tanpa konsekuensi, jutaan orang yang kehilangan pekerjaan bisa dipekerjakan kembali dan tidak memiliki kekhawatiran untuk kehilangan pekerjaan," kata Kepala Ekonomi FHN, Chris Low.

Namun, kata Low, jika dibutuhkan waktu lebih lama untuk membuka kembali perekonomian, tabungan itu akan digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan beberapa bulan ke depan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement