Sabtu 30 May 2020 04:11 WIB

Kebocoran Data Ancam Pengguna Internet Asia Pasifik

Kebocoran Data Pribadi Mengancam Pengguna Internet Asia Pasifik

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Kebocoran Data Pribadi Mengancam Pengguna Internet Asia Pasifik. (FOTO: Kaspersky)
Kebocoran Data Pribadi Mengancam Pengguna Internet Asia Pasifik. (FOTO: Kaspersky)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Sebuah survei oleh Kaspersky baru-baru ini mengungkapkan bahwa 40% konsumen dari Asia Pasifik (APAC) menghadapi insiden kebocoran informasi pribadi yang diakses oleh orang lain tanpa persetujuan.

Sementara lebih dari 5 dari 10 pengguna online di wilayah ini menyatakan keprihatinan yang sama dalam hal menjaga kehidupan virtual dan fisik mereka.

"Data kami menunjukkan perilaku online cukup kompleks di wilayah kita. Sebagian besar konsumen sekarang cukup memahami privasi online, tetapi kebiasaan virtual dan pengetahuan keamanan mereka masih membutuhkan perubahan," ujar Stephan Neumeier, Managing Director Kaspersky Asia Pasifik dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/5/2020).

Baca Juga: Awas! Kejahatan Siber Terus Mewabah, Modusnya Beragam...

Sebanyak 15.002 konsumen disurvei di 23 negara, 3.012 berasal dari wilayah Asia Pasifik. Beberapa pelanggaran melibatkan insiden berupa akun yang diakses tanpa izin (40%), pengambil-alihan perangkat secara ilegal (39%), pencurian dan penggunaan data rahasia (31%), data pribadi yang diakses oleh seseorang tanpa persetujuan, dan penyebaran informasi pribadi secara publik (20%).

Ironisnya, penelitian yang sama menemukan bahwa lebih dari seperlima pengguna masih secara sukarela membagikan privasi mereka untuk mendapatkan produk atau layanan secara gratis.

Sebanyak 24% responden lainnya juga lalai dalam menjaga privasi dengan membagikan detail akun media sosial untuk kuis hiburan, seperti jenis bunga atau selebritas yang mirip dengan mereka.

Selain itu, dua dari sepuluh konsumen yang disurvei juga mengakui bahwa mereka membutuhkan bantuan untuk mempelajari bagaimana cara melindungi privasi secara online.

"Para pelaku kejahatan siber cenderung mengikuti arah kekacauan berada. Kapan pun terdapat sebuah tren atau krisis besar, mereka akan menggunakannya sebagai kesempatan sempurna untuk mengeksploitasi peningkatan emosi manusia yang membuat pengguna lebih rentan," lanjut Neumeier.

Ketika ditanya mengenai konsekuensi yang mereka temui setelah pelanggaran privasi, para pengguna online menyebutkan beberapa hal negatif yang memengaruhi kehidupan digital dan bahkan fisik mereka. Sebagian besar (39%) terganggu oleh spam dan iklan, sebagian (33%) merasa stres, dan sebagian (24%) menyatakan reputasi pribadi mereka dalam bahaya.

"Untuk melindungi diri Anda selama masa kritis ini, penting untuk berhati-hati akan rincian pribadi yang Anda bagikan secara online dan memahami bagaimana data ini akan digunakan. Kunjungi kembali pengaturan privasi dan aturlah sesuai dengan kebutuhan Anda. Internet adalah ruang berisi berbagai kesempatan dan siapa pun dapat memperoleh manfaat darinya, selama kita tahu bagaimana mengelola data dan kebiasaan online secara cerdas," tambah Neumeier

Kaspersky Global Privacy Report 2020 adalah studi mengenai sikap konsumen terhadap privasi online. Survei ini dilakukan oleh lembaga penelitian independen Toluna antara Januari dan Februari 2020.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement