Kamis 28 May 2020 16:35 WIB

Alibaba Giatkan Ekspansi di Tengah Pandemi Covid-19

Bisnis e-commerce Alibaba melambat dan membukukan kerugian.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Kantor Alibaba di Hangzhou, China.
Foto: Republika/Indira Rezkisari
Kantor Alibaba di Hangzhou, China.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI – Alibaba Group Holding muncul sebagai salah satu perusahaan pemenang terbesar di China di tengah krisis pandemi Covid-19. Perusahaan yang berdiri 1999 ini mendapat kesempatan untuk memperluas bisnis dan memperkuat statusnya sebagai bagian penting dari mesin sosial ekonomi China.

Sementara banyak perusahaan terhantam pandemi, Alibaba mengalami kenaikan lalu lintas dalam transaksi marketplace dan permintaan terhadap layanan meningkat, seperti pengiriman makanan. Seperti dilansir di Reuters, Kamis (28/5), pemerintah setempat bahkan telah memanfaatkan bisnis cloud Alibaba untuk membangun aplikasi pelacak kesehatan.

Baca Juga

Alibaba yang muncul sebagai perusahaan e-commerce terkemuka China setelah wabah SARS 2003 kini sudah memposisikan dirinya sebagai perekrut tenaga kerja dan pemberi pinjaman. Alibaba mengiklankan lebih dari 100 ribu pekerjaan dan menawarkan pinjaman miliaran dolar kepada perusahaan kecil dan menengah ketika banyak perusahaan yang melakukan PHK.

Layanan Alibaba semakin melekat pada kehidupan konsumen, melebihi saingannya seperti Tencent Holdings ataupun JD.com Inc. Dua perusahaan ini diketahui mencoba inisiatif serupa, namun menghadirkan penawaran lebih terbatas.

Akademisi di bidang investasi Jeff Towson mengatakan, Alibaba menerapkan strategi gangster klasik. "Ketika pasar mencoba menarik diri, suatu perusahaan melipatgandakan (layanan). Dan ketika pasar kembali, mereka (Alibaba) sudah menguasai seluruh pasar," katanya.

Towson menyebutkan, langkah Alibaba merupakan sesuatu yang belum pernah dilihatnya. Khususnya mengenai rencana Alibaba yang disampaikan pada Maret untuk meminjamkan 282 miliar dolar AS kepada UKM sepanjang 2020.

Pola serupa terjadi di Amerika Serikat. Raksasa teknologi seperti Amazon.com dan Microsoft Corp telah mampu mengatasi badai Covid-19 lebih baik dibandingkan rekan-rekan lain. Secara bersamaan, mereka telah memperkuat posisi, tidak hanya di pasar, juga dalam struktur masyarakat itu sendiri.

Alibaba tidak selalu mendapat kabar baik. Pertumbuhan e-commerce mereka melambat secara keseluruhan. Perusahaan membukukan kerugian 1,09 miliar dolar AS, di luar investasi, pada kuartal terakhir.

Tapi, para pedagang online meyakini, Alibaba tetap dapat memanfaatkan krisis untuk berkembang dibandingkan pesaing barunya, Pinduoduo Inc. Beberapa fitur Alibaba masih menjadi unggulan seperti live streaming yang mampu membantu penjual mempromosikan barangnya secara langsung kepada konsumen.

Pada Jumat (22/5), Alibaba melaporkan peningkatan pendapatan kuartalan 21 persen dan 19 persen dalam penjualan perdagangan inti. Realisasi ini mengalahkan ekspektasi para eksekutif yang pada Februari sempat memperkirakan akan terjadi penjualan penurunan dengan adanya pandemi.

Abalis Pacific Epoch, Steven Zhu, mengatakan, salah satu layanan Alibaba yang berkembang pesat pada masa pandemi adalah pengiriman makanannya, Ele.me. Layanan ini mampu mengejar ketertinggalan dengan pesaingnya, Meituan Dianping, karena penawaran diskon yang masif.

Pengguna aktif harian Ele.me naik menjadi sekitar 15 juta dari 10 juta orang. Meituan tetap meningkat, namun dengan laju lebih lambat, yaiut dari 15 juta orang menjadi 17 juta orang, menruut data dari Analysys.

Alibaba juga telah membantu menciptakan lapangan kerja di tengah gelombang PHK pada restoran dan pekerja ritel. Ele.me bersama dengan cabang supermarket Hema dan platform produk impor Koala bersama-sama telah merekrut 140 ribu orang, menurut catatan mereka.

Tapi, analis mencatat, masih ada beberapa kekhawatiran di tengah penguatan Alibaba. Ele. Me, misalnya, mempercepat pertumbuhan gig economy atau tren di mana perusahaan lebih memilih mempekerjakan pekerja lepas dan kontrak dibandingkan penuh waktu. Kondisi ini kerap menciptakan ekosistem lapangan kerja yang kurang stabil.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement