Kamis 28 May 2020 18:15 WIB

PBNU Harap Ormas Islam Bahas Penyatuan Kalender Hijriah

Penyatuan kalender hijriah bisa dibahas oleh ormas Islam.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
PBNU Harap Ormas Islam Bahas Penyatuan Kalender Hijriah. Foto: Pawai Obor. Anak-anak mengikuti pawai obor dalam menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1439 H di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (20/09). Tanggal 21 September menjadi awal tahun bagi penanggalan kalender 1439 Hijriah.
Foto: Iman Firmansyah
PBNU Harap Ormas Islam Bahas Penyatuan Kalender Hijriah. Foto: Pawai Obor. Anak-anak mengikuti pawai obor dalam menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1439 H di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (20/09). Tanggal 21 September menjadi awal tahun bagi penanggalan kalender 1439 Hijriah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Sirril Wafa berharap ormas Islam Indonesia bisa bertemu intensif untuk mencari titik terkait penyatuan kalender Hijriah, sehingga umat Islam bisa tetap bersamaan dalam menentukan awal Ramadhan maupun Idul Fitri.

"Yang kita harapkan harus selalu sering bertemu, walaupun tidak formal. Kalau formal kaku semua itu," ujar Kiai Sirril saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (26/5).

Baca Juga

Menurut dia, pemerintah juga tidak perlu menfasilitasi pertemuan antar ormas Islam. Karena, kalau difasilitasi oleh Kementerian Agama (Kemenag) pertemuan itu justru menjadi kaku. Menurut dia, PBNU sendiri secara internal saat ini tengah membahas untuk mencari titik temu terkait penentuan awal bulan Hijriah.

"Kalau sudah Kemenag jadi formal kan. Kami berusaha untuk menyapa secara informal dulu. Ini sudah kami bicarakan di internal," ucapnya.

Setelah didiskusikan secara internal, lanjut dia, nanti Lajnah Falakiyah PBNU akan menyampaikan kepada ormas lain. Dia berharap, setelah dikomunikasikan ormas Islam Indonesia bisa mencapai suatu kesepakatan.

"Mudah-mudahan bisa mencari titik temu. Tapi yang jelas kami menginginkan pertemuan informal dulu," kata Kiai Sirril.

Dia menambahkan, untuk menyatukan kalender Hijriah pemerintah hanya mengikuti masukan dari ormas Islam. Karena itu, menurut dia, upaya penyatuan kalender Islam ini sebenarnya tergantung pada ormas Islam.

"Sebenarnya bolanya itu ada di ormas Islam. Jadi ormas ini yang megang pola panas. Mudah-mudahan ada titik temu. Walaupun ini masalah yang lama, kita tidak boleh surut. Mungkin generasi-generasi yang baru ini akan berbeda dengan generasi sebelumya. Jadi itu harapan saya. Intinya komunikasi," jelas Kiai Sirril.

Sampai saat ini umat Islam di Indonesia masih diuntungkan dengan posisi bulan yang memungkinkan awal Ramadhan akan selalu berbarengan hingga 2021. Namun, pada 2022 potensi perbedaan akan terjadi lagi kalau kriteria dan otoritas yang digunakan ormas-ormas Islam masih beragam.

Karena itu, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Prof Thomas Djamaluddin sebelumnya juga mengajak kepada ormas Islam di Indonesia dan Kementerian Agama untuk mencari titik temu, sehingga penetapan awal Ramadhan 2022 bisa seragam.

“Ayo kita cari titik temu untuk mencapai kesepakatan,” ujar Prof Thomas kepada Republika.co.id, Kamis (23/4) lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement