Kamis 28 May 2020 08:51 WIB

Harga Minyak Turun Tertekan Ketegangan AS-China

China berencana memberlakukan undang-undang keamanan baru di Hong Kong.

Siluet kilang minyak di Oakley, Kansas, Amerika Serikat.
Foto: AP Photo/Charlie Riedel
Siluet kilang minyak di Oakley, Kansas, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Minyak berjangka jatuh pada akhir perdagangan Rabu (27/5) setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan, ia sedang bekerja pada respons yang kuat terhadap undang-undang keamanan yang diusulkan China di Hong Kong. Selain itu, beberapa pedagang meragukan komitmen Rusia untuk pengurangan produksi yang dalam.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun 1,54 dolar AS atau 4,5 persen, menjadi menetap pada 32,81 dolar AS per barel. Sementara itu minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli turun 1,43 dolar AS atau 4,6 persen menjadi ditutup pada 34,74 dolar AS per barel.

Baca Juga

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman setuju selama pembicaraan melalui telepon untuk koordinasi lebih lanjut tentang pembatasan produksi minyak. Namun banyak yang merasa Rusia mengirimkan sinyal beragam menjelang pertemuan dalam waktu kurang dari dua minggu antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.

Kelompok yang dikenal sebagai OPEC Plus ini memangkas produksi hampir 10 juta barel per hari (bph) pada Mei dan Juni. "Kedengarannya hebat di atas kertas, tetapi pasar menahan kegembiraan sampai kita mendapatkan beberapa rincian lebih lanjut tentang apakah akan ada pemotongan, berapa banyak barel akan dipotong dan lamanya pemotongan," kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn.

Sementara itu, ketegangan antara AS dan China terus meningkat setelah China mengumumkan rencana untuk memberlakukan undang-undang keamanan nasional baru di Hong Kong, memicu protes di jalan-jalan. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan dia telah menyatakan Hong Kong tidak lagi memerlukan perlakuan khusus berdasarkan hukum AS, pukulan terhadap statusnya sebagai pusat keuangan utama.

Prospek suram atas dampak ekonomi pandemi juga membebani minyak mentah. Para ekonom memperkirakan dua juta orang Amerika mengajukan aplikasi awal untuk asuransi pengangguran minggu lalu. Departemen Tenaga Kerja AS akan melaporkan pada Kamis.

"Pengurangan surplus minyak mentah domestik yang besar sekitar 47 juta barel sedang berjalan pada kecepatan yang jauh lebih lambat daripada penurunan produksi karena penyuling ragu-ragu dalam meningkatkan kegiatan," kata Presiden Ritterbusch dan Associates, Jim Ritterbusch di Galena, Illinois, dalam sebuah laporan.

Ekonomi zona euro mungkin akan menyusut antara 8-12 persen tahun ini. Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde memperingatkan hasilnya akan antara sedang dan berat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement