Rabu 27 May 2020 11:37 WIB

BKPM: Industri Makanan Paling Diminati Investor

Investasi pada sektor makanan mencapai Rp 293,2 triliun, porsinya capai 21 persen.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Aneka macam produk makanan dan minuman ditawarkan kepada pembeli di ritel swasta, Jakarta, Kamis (14/12). Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan selama lima tahun terakhir yakni sejak 2015 hingga kuartal I 2020, realisasi investasi di sektor manufaktur mencapai Rp 1.348,9 triliun.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Aneka macam produk makanan dan minuman ditawarkan kepada pembeli di ritel swasta, Jakarta, Kamis (14/12). Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan selama lima tahun terakhir yakni sejak 2015 hingga kuartal I 2020, realisasi investasi di sektor manufaktur mencapai Rp 1.348,9 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan selama lima tahun terakhir yakni sejak 2015 hingga kuartal I 2020, realisasi investasi di sektor manufaktur mencapai Rp 1.348,9 triliun. Sektor utama yang paling diminati dan menjanjikan, yaitu Industri Makanan.

Investasi pada sektor makanan mencapai Rp 293,2 triliun atau setara 21,4 miliar dolar AS. Persentase total investasinya sebesar 21,7 persen. 

Baca Juga

Kemudian, disusul oleh Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya. Sektor itu menunjukkan peningkatan pada 2019 dan kuartal I 2020, dengan total investasi mencapai  Rp 266,7 triliun atau setara 19,4 miliar dolar AS. 

Selanjutnya, Industri Kimia dan Farmasi berada di peringkat ketiga. Nilai investasinya sebesar Rp 243,9 triliun atau setara 18,1 miliar dolar AS. 

Plt Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Farah Indriani mengatakan, sektor manufaktur berpotensi besar lebih meningkat. Hal itu didukung adanya kemajuan teknologi dan internet, sehingga proses produksi akan lebih efisien. 

Selain itu, Indonesia juga memiliki keunggulan dari letak geografis dan  pasar domestik. Maka dapat dijadikan hub manufaktur di wilayah Asean. 

“Angka-angka tersebut menjadi refleksi, tidak bisa dipungkiri jika pasar domestik Indonesia merupakan magnet investasi. Khususnya industri makanan dan minuman," ujar Farah melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id pada Rabu (27/5).

Dirinya menambahkan, dibandingkan dua sektor lainnya di atas, hanya industri makanan yang memiliki porsi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) lebih besar dari Penanaman Modal Asing (PMA). "Di sini kita yakin kalau industri ini akan cukup stabil dari guncangan ekonomi dunia,” kata dia. 

Meski data realisasi investasi BKPM sektor industri makanan pada lima tahun terakhir menunjukkan adanya fluktuasi, namun secara rata-rata mengalami kenaikan sebesar tiga persen per tahun. Industri manufaktur tersebut pun tetap berada pada peringkat teratas total realisasi investasi sektor sekunder. 

Pada 2017, tutur Farah, industri Makanan mencapai puncak tertinggi dengan total investasi mencapai Rp 64,8 triliun atau senilai 4,86 miliar dolar AS. Sementara, realisasi investasi industri logam dasar selama lima tahun terakhir, meski tidak selalu menjadi yang teratas, namun menunjukkan potensi besar yang terlihat dari rata-rata pertumbuhannya mencapai 11 persen per tahun. 

“Kalau kita merunut data Industri Makanan, memang kenaikannya tidak sebanyak investasi Industri Logam Dasar. Kenaikan investasi di Industri Logam Dasar juga merupakan sinyal, pembangunan industri di Tanah Air berjalan cepat, Indonesia tetap dipercaya oleh investor baik dalam maupun luar negeri” jelas Farah.

Perlu diketahui, selama periode 2015 hingga kuartal I 2020, lima total realisasi investasi terbesar di sektor sekunder dicapai oleh Industri Makanan sebesar Rp 293,2 triliun. Lalu Industri Logam Dasar sebanyak Rp 266,7 triliun, Industri Kimia dan Farmasi sebesar Rp 243,9 triliun, Industri Mineral Non Logam sebesar Rp 109,3 triliun, dan Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain sebesar Rp 106,4 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement