Rabu 27 May 2020 10:19 WIB

Bantuan Medis untuk Palestina Masih Terdampar di Israel

Sepekan setelah tiba di bandara, bantuan medis UEA untuk Palestina masih ditolak

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Buruh Palestina dari kota Hebron Tepi Barat membawa barang-barang  melintasi pos pemeriksaan Mitar saat melakukan perjalanan untuk bekerja menuju Israel di tengah pandemi virus corona. Sepekan setelah tiba di bandara, bantuan medis UEA untuk Palestina masih ditolak. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/ABED AL HASHLAMOUN
Buruh Palestina dari kota Hebron Tepi Barat membawa barang-barang melintasi pos pemeriksaan Mitar saat melakukan perjalanan untuk bekerja menuju Israel di tengah pandemi virus corona. Sepekan setelah tiba di bandara, bantuan medis UEA untuk Palestina masih ditolak. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Empat belas ton pasokan medis yang dikirim untuk membantu Palestina mengatasi pandemi virus corona masih berada di Bandara Ben Gurion pada Selasa malam. Bantuan tersebut masih berada di sana tepatnya sepekan setelah bantuan itu tiba dari Uni Emirat Arab (UEA).

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berupaya untuk menemukan cara dalam mendistribusikan bantuan itu, setelah Otoritas Palestina mengumumkan bahwa mereka tidak mau menerimanya. Bantuan itu tiba melalui penerbangan langsung pertama dari UEA ke Israel dan disambut oleh Kementerian Luar Negeri.

Baca Juga

Namun, Otoritas Palestina menegaskan tidak dapat menerima bantuan itu karena UEA sebelumnya tidak melakukan koordinasi. Bantuan itu juga dipandang sebagai langkah normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Teluk.

Bantuan tersebut meliputi sepuluh ventilator, alat pelindung diri, baterai lithium untuk peralatan rumah sakit, dan bahan pembersih. Seorang pejabat PBB mengatakan kepada The Times of Israel bahwa bantuan peralatan kesehatan itu akan dipindahkan dari Bandara Ben Gurion ke fasilitas holding di Ashdod.

"Begitu sampai di Ashdod, kita akan mulai melakukan pembicaraan tentang cara mengirim bantuan," ujar pejabat PBB yang tidak mau disebutkan namanya.

Meski ada penolakan dari Otoritas Palestina, beberapa pejabat mengisyaratkan bahwa akan ada upaya untuk mendistribusikan bantuan ke Tepi Barat. Namun, ada kebutuhan bantuan yang jauh lebih besar di Jalur Gaza. PBB menyatakan 65 persen bantuan alat medis dari UEA itu akan didistribusikan ke Jalur Gaza dan sisanya ke Tepi Barat.

"Rencana tersebut mendukung upaya yang dipimpin oleh Pemerintah Palestina untuk mengatasi pandemi dan mengurangi dampaknya," kata Utusan Timur Tengah PBB Nikolay Mladenov.

Direktur Layanan Kesehatan Departemen Kesehatan Osama al Najjar mengatakan, UEA tidak berkoordinasi dengan Palestina terkait pengiriman bantuan medis tersebut. Menurutnya, UEA hanya berkoordinasi dan bekerja sama dengan Israel saja.

“Kami tidak dapat menerima pengiriman yang merupakan pintu masuk menuju normalisasi antara negara-negara Arab dan Israel. Ini adalah masalah politik yang telah lama dicari-cari Israel, membalikkan Inisiatif Perdamaian Arab," ujar al Najjar yang merujuk pada proposal yang menjanjikan Israel menormalisasi hubungan dengan dunia Arab, jika mencapai solusi dua negara.

Al Najjar mengklarifikasi bahwa alasan penolakan Otoritas Palestina bukan karena bantuan dirikim melalui Israel, tapi cara UEA mengirimkan bantuan. Dia menegaskan Palestina tidak akan menerima bantuan tersebut.

"Kami tidak memiliki masalah dengan persediaan medis yang tiba di Bandara Ben Gurion. Kami menerima pasokan dari China melalui Ben Gurion dengan koordinasi erat antara kami dan Otoritas Palestina," ujar Al Najjar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement