Rabu 27 May 2020 05:55 WIB

Pengalaman Lebaran Terburuk Pedagang Makanan Jalur Gentong

Jalur Gentong, yang melintasi wilayah tengah Jawa Barat, sepi saat momen Lebaran.

Suasana warung-warung di Jalur Gentong, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (26/5). Sepinya arus lalu lintas saat momen Lebaran berimbas kepada usaha warung makan di pinggir Jalan Raya Gentong yang sepi pelanggan.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Suasana warung-warung di Jalur Gentong, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (26/5). Sepinya arus lalu lintas saat momen Lebaran berimbas kepada usaha warung makan di pinggir Jalan Raya Gentong yang sepi pelanggan.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P

Pandemi Covid-19 menjadi pengalaman terburuk bagi para pedagang makanan yang berjualan di Jalur Gentong, jalan nasional yang melintasi wilayah tengah Jawa Barat, saat momen Lebaran. Bukan karena mereka terpapar Covid-19, melainkan virus itu membuat segala lini usaha terdampak, termasuk usaha mereka.

Baca Juga

Salah satu penjual makanan di sisi jalan Jalur Gentong, Apong mengaku, penghasilannya pada momen Lebaran kali ini sangat menurun. Adanya larangan mudik dari pemerintah membuat jalan-jalan sepi.

Jalur Gentong yang biasanya selalu ramai ketika momen arus mudik dan arus balik, menjadi sepi. Imbasnya, pelanggan yang mampir ke warung nasi miliknya ikut menurun.

"Asli, ini pengalaman terburuk," kata perempuan yang telah 18 tahun berjualan di samping Pos Letter U Gentong, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (26/5).

photo
Suasana warung-warung di Jalur Gentong, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (26/5). Sepinya arus lalu lintas saat momen Lebaran berimbas kepada usaha warung makan di pinggir Jalan Raya Gentong yang sepi pelanggan. - (Republika/Bayu Adji P.)

Ketika Republika berkunjung, perempuan berusia 40 tahun itu sedang duduk seorang diri di balai kayu warungnya. Balai kayu itu merupakan tempat yang biasa digunakan pelanggannya beristirahat sambil menyantap makanan. Namun, ketika itu tak ada satu pun pelanggan yang mampir ke warung yang berada persis di pinggir jalan tersebut.

Berbagai makanan yang dijual Apong juga masih banyak tersedia. Nasi, lauk-pauk, makanan ringan, hingga minuman bungkusan, terlihat masih rapih di tempatnya masing-masing.

Ia mengatakan, sejak membuka warungnya sekira pukul 06.00 WIB, pelanggan yang datang ke warungnya bisa terhitung dengan jari. Kondisi itu sangat berbeda dengan momen Lebaran pada tahun-tahun sebelumnya, ketika Jalur Gentong selalu mengalami kemacetan ketika arus mudik maupun arus balik.

"Sepi sekarang mah. Biasa tahun lalu ada ratusan yang mampir, sekarang nol," kata dia.

Salah seorang pedagang makanan lainnya, Agus (46) mengatakan, momen Lebaran kali ini penghasilannya menurun lebih dari 90 persen. Sepinya arus lalu lintas berujung pada menurunnya pelanggan yang datang ke warung nasinya.

Ia menyebutkan, pada momen Lebaran tahun-tahun sebelumnya, keuntungan yang didapat bisa lebih dari Rp 5 juta. Sementara kali ini, keuntungan Rp 1 juta pun belum ia dapati.

"Tahun lalu saya juga sampai capek ngelayanin yang beli. Tahun ini mah santai karena sedikit pembelinya. Paling parah sekarang sepinya," kata lelaki yang sudah 20 tahun berjualan di Jalur Gentong itu.

Agus membandingkan, pendapatannya pada momen Lebaran kali ini bahkan lebih kecil dibandingkan pada hari-hari biasa di jalur itu. Menurut dia, pada hari biasa masih banyak kendaraan barang seperti truk dan kontainer yang melintas dan mampir ke warungnya. Namun, saat ini tak ada truk atau kontainer yang melintas.

"Mending hari biasa. Kalau hari biasa ada truk dan kontainer, tapi kan sekarang belum beroperasi," kata dia.

Menurut dia, sepinya jalur gentong telah terjadi sejak awal Ramadhan. Menjelang Lebaran, arus lalu lintas yang biasanya ramai justru bertambah sepi.

Alhasil, tak bayak yang bisa diharapkan oleh Agus. Namun, lantaran usaha itu merupakan satu-satunya pekerjaannya, ia tetap berjualan meski tak banyak pelanggan yang mmapir ke warungnya.

"Mudah-mudahan bisa ditanggapi keluh kesah masyarakat kecil seperti kita," kata dia.

Warung Apong dan Agus hanya beberapa dari sekian banyak warung yang masih bertahan tetap beroperasi. Berdasarkan pantauan Republika, dibandingkan yang buka lebih banyak warung makan yang tutup di sekitar Jalur Gentong.

Sementara itu, hanya sedikit kendaraan yang melintas dari kedua arah, baik dari arah Tasikmalaya menuju Bandung atau sebaliknya. Kondisi itu berbeda 180 derajat dengan momen serupa pada tahun sebelumnya. Pada tahun sebelumnya, arus di jalan nasional yang menghubungkan wilayah tengah Jawa Barat dan Jawa Tengah itu, selalu ramai kendaraan baik saat arus mudik maupun arus balik.

"Ini sejarah. 20 tahun saya tugas di wilayah Polres Tasikmalaya Kota, tiga tahun jadi Kapolsek Kadipaten, baru Lebaran tahun ini sepi," kata Kapolsek Kadipaten, AKP Erustiana, Selasa (26/5).

Ia menyebutkan, sejak adanya pandemi Covid-19 kondisi lalu lintas kendaraan di Jalur Gentong cenderung menurun. Puncaknya, saat pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), kendaraan yang melintas semakin sedikit.

Momen Lebaran yang biasanya selalu menjadi puncak ramainya lalu lintas di jalur tengah Jawa Barat itu, juga tak berdampak banyak. Menurut dia, alih-alih peningkatan, justru terjadi penurunan arus lalu lintas menjelang Lebaran di Jalur Gentong.

"Biasa di sini H-3 padat dan macet dari Gentong sampai Malangbong (Garut). Tapi saat ini, jangankan macet, kepadatan pun tidak ada. Arus balik juga sama, tidak ada kepadatan apalagi kemacetan," kata Erustiana.

photo
Suasana arus lalu lintas di Jalur Gentong, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya H+2 Lebaran atau Selasa (26/5). - (Republika/Bayu Adji P)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement