Selasa 26 May 2020 11:06 WIB

Mendag Paparkan Penyebab Harga Gula Masih Tinggi

Harga gula di tingkat ritel masih di atas HET yang ditetapkan pemerintah.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto (baju hijau) saat Operasi Pasar Komoditas Gula di Pasar Baru Bekasi, Bekasi, Rabu (26/5).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto (baju hijau) saat Operasi Pasar Komoditas Gula di Pasar Baru Bekasi, Bekasi, Rabu (26/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, ada tiga faktor yang menyebabkan harga komoditas gula mengalami kenaikan harga. Salah satunya, gangguan terhadap distribusi yang disebabkan pandemi Covid-19.

Agus menjelaskan, kebijakan penanganan pandemi menyebabkan beberapa negara harus melakukan lockdown. Tidak terkecuali negara yang kerap menjadi asal impor gula bagi Indonesia seperti India.

Baca Juga

"Ini menghambat proses impor yang seharusnya Mei dan sekarang sebagian jadi di Juni," katanya dalam Operasi Pasar Komoditas Gula di Pasar Jatinegara, Jakarta, Rabu (26/5).

Agus menambahkan, beberapa gula impor sebenarnya sudah masuk sejak pekan kemarin, namun dalam jumlah terbatas. Sebagian besar akan tiba di Indonesia pada awal Juni dan secara bertahap yang diharapkan dapat menekan kenaikan harga gula di pasaran.

Faktor kedua yang disebutkan Agus, penyebab harga gula tinggi adalah panjangnya mata rantai dalam distribusi. Ia berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan ini bersama Satuan Tugas (Satgas) Pangan melalui penindakan tegas terhadap distributor nakal.

Faktor terakhir, pergeseran musim giling pada komoditas gula yang seharusnya terjadi pada April menjadi Juni. Sementara itu, pendistribusian gula baru masuk ke pasar pada Juli.

Dampaknya, ketersediaan gula di tingkat produsen menurun sehingga berdampak pada kenaikan harga di agen dan masyarakat.  

Agus menyebutkan, kenaikan gula sudah diantisipasi melalui kebijakan impor secara bertahap dan operasi pasar di beberapa titik. "Kita akan terus menerus (lakukan operasi pasar), tidak hanya di sini (Pasar Jatinegara), beberapa daerah juga. Tiap hari dilakukan sampai stabil," tuturnya.

Dalam operasi pasar, gula di Pasar Jatinegara dijual dengan kisaran harga Rp 12.500 per kilogram. Harga ini disebutkan Agus tidak terlampau tinggi dibandingkan harga di tingkat produsen, yakni sekitar Rp 11 ribu per kilogram.

Tapi, harga jual lebih tinggi terjadi di Pasar Baru Bekasi yang juga disambangi Agus pada hari sama. Penjual mematok harga gula Rp 16 ribu hingga Rp 17 ribu per kilogram.

"Karena memang sudah mahal dari agen. Ini akan ditindaklanjuti dari satgas pangan," katanya.

Merujuk Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), rata-rata harga gula pasir di Indonesia masih tinggi. Menurut data terakhir yang ditampilkan, yakni per Kamis (21/5), harga gula berada pada level Rp 17.950 per kilogram atau naik 3,16 persen dibandingkan Rabu (20/5), Rp 17.400 per kilogram.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement