Selasa 26 May 2020 09:31 WIB

Situasi Pascapandemi dan New Normal Gerakan Zakat (Bagian 1)

Situasi

Nana Sudiana (Sekjend FOZ & Direksi IZI)
Foto: dok. Pribadi
Nana Sudiana (Sekjend FOZ & Direksi IZI)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nana Sudiana, Sekjen FOZ dan Direksi IZI

Pandemi Covid-19 adalah musibah. Dan sekecil apa pun musibah, sesungguhnya pasti akan dialami manusia. Bagi orang-orang beriman, musibah berupa wabah ini juga tak lain dari bagian dari takdir Allah SWT. Semoga musibah ini juga merupakan bentuk lain kasih sayang Allah untuk semua makhluk-Nya.

Bagi Amil zakat, musibah ini jelas berpengaruh pada lembaga juga dirinya. Bagi lembaga, pengaruhnya amat bergantung pada kemampuan lembaga masing-masing.

Semakin kokoh dan kredibel sebuah lembaga pengelola zakat maka akan semakin ia mampu mengurangi dampak negatif akibat pandemi Covid-19 ini. Tulisan singkat ini bermaksud menggambarkan situasi "New Normal" Gerakan Zakat Indonesia.

Ada tiga kemungkinan bentuk kasih sayang Allah SWT di balik musibah yang menimpa hamba-hamba yang dicintai-Nya: Pertama, sebagai ujian keimanan (QS At Thalaq 2-3). Betapa pun sulitnya sebuah ujian tentu saja ia sesuatu yang positif. Ia akan menguji seorang mukmin untuk tetap teguh dalam keimanan, bersabar, bertawakal, dan berserah diri hanya kepada Allah SWT.

Kedua, sebagai pilihan Allah yang terbaik. Di balik beratnya musibah pandemi ini, bisa jadi ada kemaslahatan yang Allah siapkan bagi manusia. Pandemi ini juga  sangat mungkin pilihan terbaik bagi sebagian mukmin untuk meraih predikat syahid.

Sebagaimana sabda Rasulullah: “Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena tho’un (wabah), orang yang mati karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan, dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari, no. 2829 dan Muslim, no. 1914).

Ketiga, sebagai teguran dan peringatan dari Allah SWT. Teguran ini bisa jadi karena kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Pada dasarnya, teguran ini juga sesungguhnya merupakan wujud dari kasih sayang Allah SWT kepada hamba-hamba yang dicintai-Nya. Teguran ini tak lain agar kita semua tak lupa akan adanya keberadaan Allah SWT dalam kehidupan kita. Kita juga bila merasa ada dosa dan kesalahan, mari segera bertobat dan kembali pada-Nya.

"New Normal" Yang Belum Normal

Masih di tengah suasana PSBB, beberapa waktu lalu, Presiden RI menegaskan masyarakat harus bisa berkompromi, hidup berdampingan, dan berdamai dengan Covid-19 agar tetap produktif. Terkait hal itu, pemerintah akan mengatur agar kehidupan masyarakat dapat kembali berjalan normal. Istilah ini selaras dengan asumsi banyak pihak yang menyebutnya dengan istilah "New Normal".

Situasi "New Normal" yang terjadi sebenarnya wujud kompromi terhadap situasi pandemi yang selama ini terjadi. Keterbatasan mobilitas dan aktivitas warga kini perlahan berubah. Masyarakat mulai keluar rumah dan beberapa pedagang kembali membuka lapak atau dagangannya masing-masing.

Walau sudah mulai memasuki "New Normal", sejatinya situasi yang ada belum benar-benar pulih seperti sedia kala sebelum pandemi. Berita tentang sulitnya ekonomi masih terdengar. Soal banyaknya yang di-PHK, susahnya cari makan, orderan pedagang yang sepi, usaha lagi seret, dan berbagai bentuk kesulitan lain masih santer terdengar juga kabarnya.

Namun, fakta-fakta terkini membuat kita tercengang. Sejumlah mal mulai ramai, pasar penuh sesak dengan penjual dan pembeli, jalanan juga ramai dan mulai padat. Kita juga melihat foto-foto dan video di bandara juga tak kalah ramai. Dan ini semua tentu saja menyesakkan dada bagi mereka yang masih tetap mencoba setia untuk tetap di rumah alias #DirumahAja hingga saat ini.

Situasi "New Normal" dengan catatan data dari situs covid19.go.id per 19 Mei 2020: Positif 18.496, Sembuh 4.467, dan meninggal 1.221 tentu tidak menyenangkan. Situasi ini membuat kita semua gamang. Dalam rentang sehari bahkan ada penambahan kasus positif covid-19 sebanyak 496 orang di seluruh Indonesia.

Kemungkinan untuk mengurangi kerisauan atas data yang terus bergerak naik, ada rencana ke depannya tidak akan ada lagi pengumuman secara berkala jumlah atau penambahan kasus positif covid-19. Yang akan dilakukan sebatas melaporkan kasus ODP seluruh Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement