Senin 25 May 2020 12:19 WIB

India Hadapi Kekurangan Peralatan Medis untuk Hadapi Corona

India menghadapi peningkatan kasus virus corona harian terbesar.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Seorang anak laki-laki tidur diatas koper ketika keluarga migran dari negara bagian lain berusaha untuk pulang dengan menunggu transportasi menuju stasiun kereta api di pinggiran New Delhi, India, Senin (18/5). India telah mencatat rekor lonjakan harian dalam kasus baru virus Corona
Foto: AP/Altaf Qadri
Seorang anak laki-laki tidur diatas koper ketika keluarga migran dari negara bagian lain berusaha untuk pulang dengan menunggu transportasi menuju stasiun kereta api di pinggiran New Delhi, India, Senin (18/5). India telah mencatat rekor lonjakan harian dalam kasus baru virus Corona

REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Selama bertahun-tahun, rumah sakit swasta yang sedang booming dan mengambil beberapa tekanan dari jaringan kesehatan masyarakat yang kurang dana dan bobrok di India. Ketika virus corona menyerang dan kasus terus bertambah, fasilitas kesehatan secara keseluruhan berisiko mengalami kekurangan.

India melaporkan 6.767 infeksi virus corona pada akhir pekan, peningkatan satu hari terbesar di negara itu. Data pemerintah menunjukkan jumlah kasus virus corona berlipat dua setiap 13 hari atau lebih, bahkan ketika pemerintah mulai mengurangi pembatasan lockdown. India telah melaporkan lebih dari 131.000 infeksi, termasuk 3.867 kematian.

Baca Juga

"Tren yang meningkat belum turun. Kami belum melihat perbaikan kurva," kata profesor biostatistik dan epidemiologi di University of Michigan, Bhramar Mukherjee, merujuk pada kasus-kasus India.

Tim Mukherjee memperkirakan bahwa antara 630.000 dan 2,1 juta orang di India akan terinfeksi pada awal Juli. Lebih dari seperlima kasus virus corona ada di Mumbai, pusat keuangan India dan kota terpadatnya.

Sedangkan, sebagian besar rumah sakit umum terlalu padat justru menjelang kenaikan tersebut. Pemerintah federal mengatakan, tidak semua pasien perlu dirawat di rumah sakit dan sedang melakukan upaya cepat untuk meningkatkan jumlah tempat tidur rumah sakit dan membeli peralatan kesehatan.

Data pemerintah federal dari tahun lalu menunjukkan ada sekitar 714.000 tempat tidur rumah sakit di India, naik dari sekitar 540.000 pada 2009. Namun, mengingat meningkatnya populasi India yang saat ini 1,3 miliar, jumlah tempat tidur per 1.000 orang hanya tumbuh sedikit pada waktu itu.

Data terbaru dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), India memiliki 0,5 tempat tidur per 1.000 orang, naik dari 0,4 tempat tidur pada 2009. Hanya saja, jumlah ini negara terendah di antara negara-negara yang disurvei oleh OECD. Sebaliknya, China memiliki 4,3 tempat tidur rumah sakit per 1.000 orang dan Amerika Serikat memiliki 2,8.

Sementara, jutaan orang miskin India bergantung pada sistem kesehatan masyarakat, terutama di daerah pedesaan. Menurut data pemerintah, fasilitas swasta menyumbang 55 persen dari penerimaan rumah sakit. Sektor kesehatan swasta telah berkembang selama dua dekade terakhir, terutama di kota-kota besar India, karena peningkatan kelas dari orang-orang kaya India mampu mendapatkan perawatan swasta.

Otoritas kota Mumbai mengatakan, telah memerintahkan pejabat publik untuk mengendalikan setidaknya 100 tempat tidur rumah sakit swasta di semua 24 zona berpenduduk hampir 20 juta orang. Penambahan ini disediakan untuk persiapan bagi pasien virus corona.

Bukan hanya tempat tidur yang kekurangan pasokan. Pada 16 Mei, otoritas kota Mumbai mengatakan, tidak memiliki cukup staf untuk mengoperasikan tempat tidur yang diperlukan untuk pasien sakit kritis dengan Covid-19.

Kondisi itu membuat petugas kesehatan akan menerima lebih sedikit waktu istirahat daripada yang ditentukan oleh pemerintah federal. Beberapa profesional medis mengatakan, sudah terlalu terbebani dan merawat pasien tanpa alat pelindung yang memadai, membuat mereka berisiko lebih tinggi terinfeksi.

"Di negara kami, perawatan kesehatan tidak pernah mendapat prioritas. Pemerintah sekarang menyadari kenyataan, tetapi ini sudah terlambat," kata kepala asosiasi dokter All India Institute of Medical Sciences (AIIMS), Dr Adarsh Pratap Singh.

Kelompok AIIMS dalam beberapa pekan terakhir memprotes kurangnya peralatan kesehatan. Mereka secara terbuka menolak permintaan Perdana Menteri Narendra Modi agar dokter menyumbangkan sebagian dari gaji untuk dana virus kcrona. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement