Senin 25 May 2020 00:10 WIB

Tradisi yang Ditiadakan di Keraton Kasepuhan Cirebon

Sejumlah Tradisi yang Ditiadakan di Keraton Kasepuhan Cirebon

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com
 Sejumlah Tradisi yang Ditiadakan di Keraton Kasepuhan Cirebon
Sejumlah Tradisi yang Ditiadakan di Keraton Kasepuhan Cirebon

Sejumlah tradisi di Keraton Kasepuhan Cirebon yang ditiadakan salah satunya penabuhan gamelan sekaten.

CIREBON, AYOBANDUNG.COM -- Keraton SKasepuhan Cirebon, Jawa Barat, pada Hari Raya Idulfitri 1441 H meniadakan sejumlah tradisi seperti penabuhan gamelan "sekaten", Salat Id dan juga grebeg syawalkarena karena perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Tradisi penabuhan gamelan sekaten di siti inggil setelah Salat Idulfitri ditiadakan," kata Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat belum lama ini.

AYO BACA: Arti Minal Aidin Wal Faizin dan Ucapan Selamat Idulfitri yang Benar

AYO BACA: 4 Tempat Sarapan Lontong Kari Enak di Bandung

AYO BACA: Kupat Singkatan ‘Ngaku Lepat’ dan Fakta Unik Ketupat Lainnya

Sultan Arief menuturkan, ditiadakannya beberapa tradisi Keraton Kasepuhan Cirebon pada saat hari Raya Idulfitri itu, dikarenakan Kota Cirebon memperpanjang PSBB.

Tidak hanya penabuhan gamelan sekaten yang ditiadakan, Salat Idulfitri di Masjid Agung Sang Cipta Rasa serta langgar agung juga tidak ada.

"Kami juga meniadakan buka pintu (open house) grebeg syawaldan ziarah ke Astana Gunung Jati diundur bulan Juni," ujarnya.

AYO BACA: Lebih Baik Mana, Cuci Tangan dengan Air atau Hand Sanitizer?

AYO BACA: Berkumur dengan Air Garam dan Cuka Bisa Bunuh Corona Covid-19?

AYO BACA: Ini Saran Dokter Jika Ada Tamu Saat Pandemi Corona Covid-19

Selain meniadakan tradisi, Keraton Kasepuhan Cirebon juga masih menutup beberapa obyek wisata yang masih bersangkutan hingga 31 Mei 2020. Semua yang dilakukan tersebut kata Sultan Arief, merupakan upaya pencegahan penularan Covid-19 yang saat ini masih terus meningkat.

"Objek wisata ziarah, religius, budaya Keraton Kasepuhan, Astana Gunung Jati, Taman Goa Sunyaragi, kami perpanjang penutupannya sampai 31 Mei 2020," katanya.

Diketahui, Gamelan Sekaten yang biasanya ditabuh hanya dua kali dalam setahun itu,

"Gamelan ini biasanya ditabuh setiap Idulfitri dan Iduladha di Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon. Tapi, tahun ini tidak ditabuh karena ada wabah Covid-19," ungkap Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, Senin (18/5/2020).

AYO BACA: Cara Membuat Hand Sanitizer Sesuai Standar WHO untuk Cegah Corona

AYO BACA: Waspadai, Ini 5 Gejala Positif Corona Covid-19 yang Tidak Umum

AYO BACA: LIPI Rilis Daftar Produk Rumah Tangga yang Bisa Dijadikan Disinfektan

Gamelan Sekaten sendiri dalam sejarahnya diyakini digunakan Sunan Gunung Jati sebagai alat menyebarkan Islam di Cirebon.

Alunan musiknya diperdengarkan dari alun-alun kepada masyarakat. Dahulu, masyarakat yang hendak mendengarkan lantunan gamelan ini harus 'membayar'.

"Tapi bukan dengan uang, melainkan membayarnya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat atau syahadat, Ashaduallailahailallah. Wa asyhaduanna muhammadarrasulullah," tuturnya.

Kegunaannya sebagai syiar Islam itulah yang kemudian membuat gamelan ini disebut Gamelan Sekaten. Menurutnya, Sekaten sendiri berasal dari kata syahadatain.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement