Sholat Id di Masjid Agung Sleman Diikuti Ratusan Jamaah

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Hafil

Senin 25 May 2020 00:00 WIB

Sholat Id di Masjid Agung Sleman Diikuti Ratusan Jamaah. Foto: Shalat Idul Fitri (ilustrasi) Foto: Republika/Agung Supriyanto Sholat Id di Masjid Agung Sleman Diikuti Ratusan Jamaah. Foto: Shalat Idul Fitri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Masjid Agung Wahidin Soedirohoesodo Sleman turut menggelar Shalat Idul Fitri 1441 Hijriah secara berjamaah di tengah-tengah pandemi Covid-19. Pelaksanaan Sholat Id tahun ini diikuti sekitar 600 jamaah.

Takmir Masjid Agung Sleman, Agaerul mengatakan, pelaksanaan Sholat Id secara berjamaah untuk memfasilitasi masyarakat sekitar. Terutama, yang masih merasa kurang mantab yakin melaksanakan di rumah masing-masing.

Baca Juga

Ia menekankan, dalam pelaksanaan Shalad Id tetap mematuhi standar protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Jamaah sebelun masuk masjid discan ukur suhu badan, wajib memakai masker dan bawa alat shalat sendiri.

"Serta, wudhu dari rumah dan menjaga jarak yang sudah ditentukan," kata Agaerul, Ahad (24/5).

Shalat Id diimami Charis Thohari, dan dikhatibi Prof Abdul Mustakim dari UIN Yogyakarta. Dalam khotbahnya, Abdul menekankan, dalam suasana Lebaran di tengah-tengah pandemi ini jamaah harus dapat mengikuti anjuran pemerintah.

Hal itu dinilai sebagai sumbangsih menciptakan suasana yang kondusif di masyarakat. Sekaligus, memberikan sesuatu yang bermanfaat dalam situasi sekarang dan memberikan kesejukan suasana.

"Memberikan saran yang membangun demi kebaikan bersama dan memberikan dukungan serta apresiasi kepada pemerintah yang telah bekerja keras mengatasi wabah Covid-19," ujar Abdul.

Ia menilai, musibah ini hendaknya dapat diambil hikmah agar tetap sabar dan tawakal. Kemudian, menerapkan pola hidup bersih, menjaga jarak, memakai masker dan tetap tinggal di rumah bila tidak ada keperluan mendesak.

Abdul menekankan, silaturahmi dapat dilakukan dengan teknologi yang ada saat ini tanpa mengurangi makna karena kita sadar aktivitas terbatas. Ini menjadi perhatian semua dan kita diajarkan tidak boleh sombong, dan harus solid.

"Konsep silaturahmi dapat diimplementasikan dengan memberi bantuan ke orang lain, dan melalui upaya-upaya saling mendoakan agar kita diselamatkan dari musibah dan segera berakhir, sehingga kita dapat melakukan aktivitas seperti semula," kata Abdul.