Ahad 24 May 2020 06:49 WIB

Legislator Sarankan Tahun Ajaran Baru tidak Digeser

Siswa bisa dibagi dalam kelas tatap muka dan daring setiap minggunya.

Rep: Ali Mansur/ Red: Ratna Puspita
Anggota Komisi X DPR RI Zainuddin Maliki (tengah)
Foto: ISTIMEWA
Anggota Komisi X DPR RI Zainuddin Maliki (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Zainuddin Maliki tidak sepakat dengan usulan menggeser tahun ajaran baru pendidikan 2020-2021 ke Januari 2021 jika pandemi Covid-19 belum mereda. Ia khawatir kondisinya belum berubah meski telah digeser ke Januari. 

Ia menambahkan hal tersebut justru akan memperumit keadaan. "Maka menurut saya, tahun ajaran baru sekolah jalan saja seperti biasa," kata politikus Partai Amanat Nasional (PAN), dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/5).

Baca Juga

Ia mengatakan jika tahun ajaran dimulai normal atau pada Juli mendatang maka metode belajar memang harus dilakukan secara daring. Namun, pola belajar daring ini bisa dipadukan dengan tatap muka berdasarkan shift.

"Ada beberapa skema juga yang bisa diterapkan. Salah satunya siswa dibagi dalam kelas tatap muka dan daring setiap minggunya," kata dia.

Misalnya, lanjut Maliki, pada pekan ini setengah dari siswa dalam satu kelas mengikuti pembelajaran secara tatap muka, setengahnya lainnya melalui daring. Pekan berikutnya, siswa yang belajar secara tatap muka di sekolah bisa mengikuti pelajaran secara daring. 

Dengan skema ini, penataan ruang kelas bisa dilakukan mengikuti protokol Covid-19 dan antar siswa bisa berjarak. "Pada intinya, dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, proses belajar mengajar harus betul-betul dilakukan secara disiplin. Kemudian skema ini membutuhkan manajemen pembelajaran yang bagus," tegas Maliki.

Karena itu, ia juga mengusulkan dibentuk team teaching atau tim mengajar. Tim ini akan bertugas menyusun model pembelajaran berbasis proyek yang akan diberikan sebagai penugasan kepada siswa. 

Proyek itu bisa gabungan dari beberapa mata pelajaran. Contohnya, siswa diberi satu proyek untuk mencari masalah. Misalnya, tugas Biologi maka aspek biologinya dengan mencari spesies tertentu di sekitar lingkungannya. 

"Nanti dari segi laporannya, itu bisa dilihat Bahasa Indonesianya, guru bahasanya bisa memberikan koreksi. Bisa juga ditambahkan dengan Bahasa Inggris, kemudian ilmu geografi," terangnya.

Dia menilai pola pembelajaran ini memungkinkan masing-masing guru mata pelajaran yang tergabung dalam team teaching bisa memasukan paket pembelajarannya ke satu proyek tersebut. "Ini yang disebut dengan integrated kurikulum. Pembelajarannya tematik. Jadi ada satu tema dipelajari dari beberapa sisi. Itu bisa," kata dia. 

Menurut dia, beberapa negara seperti Australia sudah menjalankan model pembelajaran berdasarkan team teaching. "Jadi pembelajarannya jangan lagi content base learning, atau pembelajaran berbasis isi yang diminta kurikulum. Jangan terlalu ke sana. Penuntasan kurikulum sudah tidak mungkin," tutur Maliki.

Maliki kembali menegaskan, tahun ajaran baru sebaiknya tetap berjalan seperti biasa, yakni Juli mendatang, dengan metode daring sebagai model pembelajaran utama. "Daripada nanti sudah ditunda, tahun baru ternyata kondisinya masih sama dengan sekarang. Tetapi kelihatannya menteri kan tidak berani memutuskan dan bersandar kepada Gugus Tugas," tutupnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement