Ahad 24 May 2020 15:01 WIB

Lebaran Kali Ini Jadi Ajang Pertunjukan 'The New Normal'

Mayoritas masyarakat Indonesia beralih silaturahim lewat teknologi

Rep: Imas Damayanti/ Red: A.Syalaby Ichsan
Para Imam Masjid Agung Sunda Kelapa mengemakan takbir pada malam Idul Fitri 1441 H di Jakarta, Sabtu (23/5). Malam takbir Idul Fitri 1441 H di Masjid Agung Sunda Kelapa dilakukan secara live streaming melalui berbagai media sosial dalam rangka penerapan PSBB guna menghidari penyebaran Covid-19
Foto: Republika/Prayogi
Para Imam Masjid Agung Sunda Kelapa mengemakan takbir pada malam Idul Fitri 1441 H di Jakarta, Sabtu (23/5). Malam takbir Idul Fitri 1441 H di Masjid Agung Sunda Kelapa dilakukan secara live streaming melalui berbagai media sosial dalam rangka penerapan PSBB guna menghidari penyebaran Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi sebagian orang, bersilaturahim pada Idul Fitri dengan menggunakan moda teknologi menjadi hal yang sulit.  Hanya, wabah virus corona jenis baru (Covid-19)  memaksa masyarakat untuk beralih menjalani aktivitas sosialnya melalui moda teknologi digital. Termasuk dalam hal bersilaturahim.

Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Najib Azca menyampaikan, selama masa pandemi Covid-19 memang terdapat hal yang disebut sebagai the new normal. Di mana aktivitas sosial masyarakat antar-masyarakat atau masyarakat dengan dirinya sendiri dilakukan dengan cara yang baru dari suasana sebelum Covid-19 melanda.

Dia menjelaskan, komunikasi antarmasyarakat yang mengandalkan komunikasi berbasis teknologi membuat masyakat ‘dipaksa’ beralih meninggalkan pola komunikasi lama. Misalnya, Najib mencontohkan, pada Hari Raya Idul Fitri nanti the new normal itu akan terjadi bagi sebagian besar masyarakat Muslim Indonesia.

“Dulu, Idul Fitri jadi momennya silaturahim untuk bisa bertemu langsung. Tapi sekarang, saya kira sebagian besar orang mulai ‘dipaksa’ menggunakan teknologi untuk bersilaturahim,” kata Najib saat dihubungi Republika, Rabu (20/5).

Meskipun bagi masyarakat tertentu komunikasi berbasis teknologi ini belum dianggap sebagai suatu hal yang nyaman, namun opsi tersebut disinyalir menjadi satu-satunya yang tersedia di masa pandemi Covid-19. Sehingga mayoritas masyarakat Indonesia dinilai telah beralih menggunakan instrumen teknologi sebagai medium bersilaturahim.

“Jadi bagi saya, pandemi Covid-19 ini semacam fenomena disrupsi yang lain. Disrupsi yang lebih keras yang tidak melibatkan fisik,” ungkapnya.

Berbagai aspek sosial telah dijamah oleh pola komunikasi yang baru tersebut. Baik itu sektor formal maupun sektor informal. Dia menjabarkan, lingkup profesional juga telah dipaksa untuk beralih menggunakan teknologi digital untuk dapat hidup ‘berdampingan’ dengan pandemi Covid-19.

Terlebih di saat belum ada satu pun yang dapat menjamin memberikan kepastian kapan kiranya badai Covid-19 ini berlalu, dia menilai the new normal dalam menjalin komunikasi antar-masyarakat juga akan berlanjut. Pun jika Covid-19 dinyatakan selesai, ia memprediksi bahwa masih banyak masyarakat yang terlanjur beralih dengan pola komunikasi digital.

“Akan ada hal-hal baru yang terjadi setelah Covid-19 dari perilaku masyarakat kita. Dan saya menduga, tak sedikit yang sudah nyaman dengan pola komunikasi digital. Sebab kan lebih efisien dan lain-lain,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement