Senin 25 May 2020 20:40 WIB

Menjaga Komitmen Ramadhan

Ramadhan boleh pergi, tetapi tidak dengan spiritnya.

Ilustrasi Ramadhan
Foto: Reuters/Mani Rana
Ilustrasi Ramadhan

Oleh: Imam Nur Suharno, Kepala HRD dan Personalia Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat

Ramadhan sementara pergi meninggalkan kita. Kepergian Ramadhan meninggalkan kenangan spiritual yang sulit untuk dilupakan. Oleh karena itu, Ramadhan boleh pergi, tetapi tidak dengan spiritnya. Spirit Ramadhan harus tetap terjaga dan lestari.

Bagi orang yang telah berhasil menjalani ibadah puasa dengan keimanan dan ihtisaban, selain meraih ampunan dan jaminan surga (QS Ali Imran [3]: 136), seseorang akan mendapatkan jaminan kemuliaan di sisi-Nya (QS al-Hujurat [49]: 13). Karena ia mampu menghadirkan Allah dalam setiap aktivitas dan perilakunya (muraqabatullah).

Melalui muraqabatullah, seseorang akan selalu terbimbing dari perilaku yang tercela, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, dan sifat-sifat tercela lainnya. Keberhasilan seseorang yang menjalani proses pendidikan dan pelatihan di bulan Ramadhan bukan dilihat dari aktivitasnya selama di dalamnya, tetapi sejauh mana ia dapat komitman melestarikan nilai-nilai Ramadhan pada bulan-bulan berikutnya.

Dengan demikian, Ramadhan akan menjadi start awal menuju perubahan dalam berbagai sisi kehidupan, baik perubahan dalam skala individu, keluarga, masyarakat, maupun dalam skala kehidupan berbangsa dan bernegara. Juga, perubahan secara vertikal (hablum minallah) dan horizontal (hablum minannas).

Selama Ramadhan, misalnya, kita dilarang melakukan hal yang pada hakikatnya halal jika dilakukan pada siang hari selain Ramadhan, seperti makan dan minum. Maka itu, selesai Ramadhan kita harus menjaga komitmen dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang jelas asal usulnya (halalan thayyiban).

Selama Ramadhan, dianjurkan untuk menghindari setiap perkataan kotor. Selesai Ramadhan, harus menjaga komitmen dengan ucapan yang baik dan berusaha menjauhi segala bentuk permusuhan dan menyakiti orang lain. Selalu berkata yang baik atau diam jika tidak mampu menjaga lisan dari hal yang kotor.

Selama Ramadhan, dilatih untuk berinfak. Selesai Ramadhan harus menjaga komitmen dengan selalu peduli terhadap orang yang membutuhkan. Ringan membantu orang yang membutuhkan bantuan.

Selama Ramadhan, dilatih untuk disiplin dengan sahur dan berbuka pada waktu yang telah ditentukan. Selesai Ramadhan harus menjaga komitmen dengan senantiasa disiplin waktu dalam menjalani kehidupan. Dan, begitu seterusnya. Intinya adalah, nilai-nilai Ramadhan itu harus tetap terjaga dan lestari dalam kehidupan kaum muslimin.

Dengan demikian, proses pendidikan dan pelatihan yang dihasilkan Ramadhan itu berpotensi memberikan warna perubahan kehidupan ke arah yang lebih baik. Semoga Allah membimbing kita kaum muslimin agar dapat menjaga komitmen dan melestarikan nilai-nilai Ramadhan pada bulan-bulan berikutnya. Amin.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement