Sabtu 23 May 2020 01:09 WIB

Biarlah Badan tak Pulang, tapi Uangnya Tetap Pulang Kampung

Biasanya para perantau Sulit Air akan pulang kampung untuk berkumpul keluarga.

Kaswarni (78) warga Nagari Sulit Air, Kecamatan X Koto Diateh, Kabupaten Solok, Sumatera Barat yang harus lebaran sendiri di kampung halaman karena 6 orang anaknya di rantau tidak bisa pulang kampung.
Foto: Republika/Febrian Fachri
Kaswarni (78) warga Nagari Sulit Air, Kecamatan X Koto Diateh, Kabupaten Solok, Sumatera Barat yang harus lebaran sendiri di kampung halaman karena 6 orang anaknya di rantau tidak bisa pulang kampung.

REPUBLIKA.CO.ID, SULIT AIR -- Nagari Sulik Ayia (Sulit Air) di Kecamatan X Koto Diateh, Kabupaten Solok terkenal sebagai nagari yang penduduknya didominasi perantau. Wali Nagari Sulit Air Alex Suryani mengatakan, 85 persen penduduk Sulit Air tersebar di perantauan dalam dan luar negeri. Biasanya setiap momen lebaran Idul Fitri, para perantau Sulit Air akan pulang kampung untuk berkumpul bersama sanak keluarga.

Namun, karena dampak wabah covid-19 yang sudah mengglobal, para perantau menurut Alex menyurutkan langkahnya pulang kampung. Bahkan sampai H-4 jelang Idul Fitri, suasana di Sulit Air masih seperti hari-hari biasa. Tidak ada tampak wajah-wajah perantau yang baru pulang kampung.

"Nagari kami itu memang dibangun dan dikembangkan oleh perantau. Sekarang tentu akan terasa berbeda karena perantau tidak bisa pulang dalam situasi pandemi virus corona di mana-mana," kata Alex kepada Republika, Jumat (22/5).

Alex menyebut di tahun-tahun sebelumnya setiap Idul Fitri ada ribuan warga Sulit Air pulang kampung. Jalanan kecil yang masuk dari Danau Singkarak sepanjang 22 kilometer itu biasanya sudah ramai dengan mobil-mobil mewah berpelat Pekanbaru, Palembang dan pelat-pelat daerah Jawa.

Tapi, warga Sulit Air di kampung halaman menurut Alex tetap berbesar hati lebaran kali ini para perantau tidak pulang. Mereka tetap bersyukur para perantau masih peduli dengan memberikan bantuan sejak wabah corona juga mengganggu aktivitas perekonomian masyarakat.

"Walau fisik tidak pulang kampung, uang perantau itu tetap mengalir ke kampung," ucap Alex.

Alex menambahkan, merantau sudah menjadi DNA warga Sulit Air. Mereka yang ada di kampung halaman ini rata-rata adalah PNS dan petani.

Sebanyak 75 persen pembangunan Sulit Air menurut Alex berkat para perantau. Seperti pembangunan infrastruktur, pembangunan sekolah swasta, jalan, jembatan dan rumah ibadah.

sumber : Febrian Fachri
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement