Jumat 22 May 2020 16:19 WIB

IPCC Catat Kinerja Positif Sepanjang 2019

Pendapatan IPCC mengalami kenaikan 0,26 persen.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) mencatat kinerja positif sepanjang 2019. Direktur Utama IPCC Ade Hartono mengatakan pada 2019, perusahaan menjaga angka rasio marjin dua digit.
Foto: Antara/Nova Wahyudi
PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) mencatat kinerja positif sepanjang 2019. Direktur Utama IPCC Ade Hartono mengatakan pada 2019, perusahaan menjaga angka rasio marjin dua digit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) mencatat kinerja positif sepanjang 2019. Direktur Utama IPCC Ade Hartono mengatakan pada 2019, perusahaan menjaga angka rasio marjin dua digit.

“Sepanjang 2019, operating margin tercatat sebesar 24,8 persen, net margin sebesar 25,9 persen, dan EBITDA margin sebesar 29,8 persen. Di sisi lain, angka RoE tercatat 12,61 persen dan RoA sebesar 10,70 persen,” kata Ade, Jumat (22/5).

Baca Juga

Dia menjelaskan, pada 2019 IPCC juga mencatat pendapatan sebesar Rp 523,22 miliar atau bertumbuh 0,26 persen dibandingkan 2018 yang hanya Rp 521,84 miliar. Perolehan pendapatan tersebut menurutnya ditopang oleh pelaynan jasa terminal yang memiliki kontribusi sebesar 93,20 persen terhadap total pendapatan perusahaan yang mengalami kenaikan 0,08 persen sepanjang 2019 menjadi Rp 487,64 miliar.

Di sisi lain, kata dia, perolehan pendapatan dari pelayanan jasa barang dengan kontribusi 5,42 persen terlihat lebih rendah 6,54 persen menjadi Rp28,33 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. “Ini dikarenakan seiring masih rendahnya kontribusi dari pendapatan kargo alat berat dan //spareparts// di terminal internasional,” unglap Ade.

Dia menuturkan, kenaikan perolehan pendapatan dari segmen pelayanan jasa terminal sejalan dengan meningkatnya kegiatan bongkar muat di Terminal IPCC. Terutama pada segmen kendaraan CBU baik di terminal domestik maupun internasional. 

Pada terminal domestik meningkat dengan telah pindahnya bongkar muat semua kapal roro domestik dari PTP ke IPCC. Sementara itu, pada segmen alat berat dan general kargo lebih banyak didominasi oleh kelas menengah dengan berat pada kisaran 30 hingga 50 ton permeter kubik sehingga kontribusi ke pendapatan masih lebih rendah dibandingkan pada segmen CBU.

Ade mengungkapkan pada 2019, arus bongkar muat untuk jenis alat berat mengalami penurunan di terminal internasional. Hanya saja pada pertumbuhan arus bongkar muat untuk CBU baik internasional dan domestik yang masih tinggi mampu mensubsitusi penurunan dari segmen alat berat.

“Volume ekspor impor alat berat memang turun 40,89 persen namun untuk ekspor impor CBU naik 18,44 persen, volume CBU domestik juga naik 115,58 persen. Jadi karena porsi CBU paling besar terhadap pendapatan, kami masih membukukan kenaikan tipis pada pendapatan,” jelas Ade.

Sementara itu, beban pokok pendapatan IPCC sepanjang 2019 mengalami kenaikan 12,41 persen menjadi Rp305,58 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp271,84 miliar. Kenaikan beban tersebut menurut Ade,  ditopang oleh sub beban tenaga kerja dengan total Rp 102,02 miliar atau naik 15,20 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 88,56 miliar.

Ade menambahkan, peningkatan cukup signifikan terjadi pada subbeban penyusutan yang naik 134,12 persen menjadi Rp21,80 miliar. “Ini terjadi sejalan dengan adanya penambahan aset untuk mendukung jalannya oeprasional,” ungkap Ade.

Meski terjadi peningkatan beban namun, Ade mengatakan IPCC mampu mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp 135,30 miliar sepanjang 2019. Angka tersebut terlihat lebih rendah 20,50 persen dibandingkan perolehan 2018 sebesar Rp 170,19 miliar. Begitupun dengan angka EBITDA yang terlihat lebih rendah 19,78 persen menjadi Rp 155,92 miliar dibandingkan Rp 194,37 miliar pada 2018.

Untuk 2020, Ade mengatakan IPCC merencanakan pengembangan implementasi Automatic Gate System IPC Car Terminal, kerja sama dengan para PBM, tindak lanjut pengoperasioan Pelabuhan Patimban, dan lainnya. “Kami juga sangat fokus untuk melakukan efisiensi pada biaya dimana mulai tahun ini kami sudah mulai menerapkan modul budget control di sistem keuangan, sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan akan diatur dengan baik,” ungkap Ade.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement