Jumat 22 May 2020 16:06 WIB

Bertandang ke Kota Ilmu (2)

Sejumlah kota dikenal dengan tradisi keilmuannya.

Bertandang ke Kota Ilmu. Foto: Pemandangan Dome of the Rock dan Masjid Al Aqsa di Yerusalem, Palestina, Jumat (23/4).
Foto: AP Photo/Sebastian Scheiner
Bertandang ke Kota Ilmu. Foto: Pemandangan Dome of the Rock dan Masjid Al Aqsa di Yerusalem, Palestina, Jumat (23/4).

REPUBLIKA.CO.ID,  DAMASKUS -- Dulu, Yerusalem dikenal pula sebagai salah satu pusat ilmu dan peradaban. Kini, Yerusalem dibalut sengketa. Israel mengklaim Yerusalem sebagai ibu kotanya. Palestina, yang berhak, juga menginginkan Yerusalem sebagai pusat pemerintahan.

Dari Nasrudin Khusraw, seorang pelancong, sebuah kisah tentang Yerusalem berawal. Ia mengatakan, sebelum terjadinya Perang Salib, Yerusalem dikenal sebagai kota yang maju karena banyak ilmuwan, madrasah, dan perdagangannya. Ia melihat kota ini pada 1047.

Baca Juga

Menurut Khusraw, di Yerusalem segalanya berharga murah dan berlimpah. Kota ini juga memiliki pasar-pasar yang indah dan bangunan tinggi menjulang. Menandakan, Yerusalem merupakan kota yang telah bersentuhan dengan peradaban tingkat tinggi.

Khusraw pun bertutur bahwa banyak sekolah kedokteran juga rumah sakit yang berasal dari wakaf. Banyak pasien yang dilayani di rumah sakit dan mendapatkan keringanan pembiayaan. Para dokter dibayar pula dengan bayaran yang sepadan.

Banyak penginapan yang disediakan untuk para sufi, yang berdekatan dengan masjid di mana biasanya mereka beribadah. Yerusalem mengawali kemajuan saat masa Ummayah. Kalifah Abdul al-Malik, kemudian membangun Masjid Kubah Batu di Yerusalem.

Di sana berdiri pula Al-Aqsa. Al-Muqaddasi, ilmuwan yang berasal dari Yerusalem, menulis, bangunan utama Al-Aqsa terdiri atas 26 pintu. Ia mengatakan, Al-Aqsa maupun Kubah Batu, memainkan peran utama dalam penyebaran ilmu pengetahuan dan budaya Islam.

Di dalam Al-Aqsa, tepatnya di dekat tempat shalat perempan, ada madrasah bernama Farisiya, yang didirikan oleh Emir Fares-ud-din Albky. Madrasah lainnya bernama Nahriye dan Nassiriya. Nama ini merujuk pada cendekiawan Yerusalem, Sheikh Nasr.

Hingga kemudian, madrasah Nassiriya itu dikenal dengan Ghazaliya, yang merujuk pada Al-Ghazali, cendekiawan Muslim lainnya yang sangat dikenal luas. Di sekitar Al-Aqsa bertebaran sejumlah madrasah lain, seperti Qataniya, Fakriya, Baladiya, dan Tankeziya.

Banyaknya madrasah ini, mencerminkan adanya aktivitas intelektual yang sangat tinggi pada masa Islam sebelum terjadinya Perang Salib. Bahkan, banyak pula kegiatan kesenian yang menandakan bahwa pengembangan budaya di Yerusalem dilakukan secara luas.

Tak hanya itu, Yerusalem juga menjadi tempat tujuan para pelajar Muslim dari seluruh wilayah Islam, baik yang ada di bagian barat maupun timur. Mereka saling menimba ilmu dan memperkaya perkembangan kebudayaan di Yerusalem. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement