Jumat 22 May 2020 11:51 WIB

Keuangan Islam Berperan Besar Ringankan Dampak Covid-19

Berdasarkan data Baznas, potensi zakat tahun 2019 diperkirakan Rp 233, 6 T

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Keuangan Islam memiliki peran ganda, sebagai bisnis dan juga sosial. Itulah mengapa keuangan sosial Islam sangat berperan besar di masa pandemi virus corona (Covid-19) seperti sekarang.
Foto: istimewa
Keuangan Islam memiliki peran ganda, sebagai bisnis dan juga sosial. Itulah mengapa keuangan sosial Islam sangat berperan besar di masa pandemi virus corona (Covid-19) seperti sekarang.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Keuangan Islam memiliki peran ganda, sebagai bisnis dan juga sosial. Itulah mengapa keuangan sosial Islam sangat berperan besar di masa pandemi virus corona (Covid-19) seperti sekarang. 

“Keuangan sosial Islam bisa meringankan dampak Covid-19,” ujar Director of Center for Islamic Business and Finance (CIBF) Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB), Oktofa Yudha Sudrajad PhD dalam webinar bertemakan “The Role of Islamic Social Finance in Easing The Impact of Covid-19”, Jumat, (22/5).

Webinar tersebut menghadirkan sejumlah pembicara yakni Islamic Finance Expert, Ir Drs H Arson Aliludin SE DEA; Social Entrepreneurship Expert, Dr Harry Z Soeratin; Director of Rumah Amal Salman M Kamal Muzakki SSi; dan Islamic Sociall Finance Researcher, Taufik Faturohman PhD.

Oktofa mengatakan, ada beberapa keuangan sosial Islam yang sebenarnya sudah lama dikenal masyarakat. Seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Menurut Direktur Rumah Amal Salman, M Kamal Muzakki mengatakan, zakat tumbuh dan berkembang dari basis terkecil di masyarakat. “Episentrum gerakan zakat adalah masjid dan pesantren. Salah satu tujuannya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan,” katanya 

Berdasarkan data Baznas, kata dia, potensi zakat tahun 2019 di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 233,6 triliun. Potensi tersebut berasal dari zakat pertanian Rp 19,79 triliun, zakat uang Rp 58,76 triliun, zakat peternakan Rp 9,51 triliun, zakat perusahaan Rp 6,71 triliun, dan zakat penghasilan Rp 139,07 triliun. 

Dari potensi yang besar tersebut, zakat yang berhasil dihimpun baru Rp 9,6 triliun. Itu artinya potensi pengumpulan zakat masih besar.  “(Dana) zakat membantu masyarakat yang membutuhkan, terutama di masa pandemi seperti sekarang,” katanya. 

Berbagai program, kata dia, telah dilaksanakan untuk merespons pandemi Covid-19. Mulai dari penyemprotan disinfektan di tempat umum, bantuan pangan untuk kaum dhuafa, donasi pakan untuk satwa, hingga donasi Vent-I. 

Saat ini, kata dia, Rumah Amal Salman bekerjasama dengan ITB dan Unpad berhasil menggalang dana sebesar Rp 10 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk memproduksi Ventilator Indonesia (Vent-I) sebanyak 700 buah yang selanjutnya akan distribusikan ke rumah sakit.

Seorang enterpreneurship expert, Dr. Harry Z. Soeratin SE,Ak, MM.Acc, CA, EPC, CRGP mengatakan, ada sejumlah keunggulan keuangan sosial Islam di Indonesia. 

Di antaranya, mengurangi kemiskinan bagi kaum Ibu atau perempuan dalam situasi Covid-19 dengan dana Ziswaf. Lembaga keuangan Islam dapat menjalankan berbagai aktivitas produktif baik langsung maupun tidak langsung dengan sikap kebajikan yang lentur, secara terstruktur dan terukur.

Keuangan sosial Islam juga, kata dia, memainkan perannya sebagai salah satu fungsi agent of asset distribution (agen distribusi asset dari yang punya kepada yang tidak punya) yang mampu memberdayakan ekonomi ummat khususnya kaum Ibu/perempuan. “Hal ini pengalaman Muhammad Yunus dari Bangladesh. Selain itu, hal ini sekaligus dapat menciptakan hubungan harmonis ketahanan keluarga dalam situasi Covid-19,” katanya.

Dalam kegiatan bisnis keuangan sosial Islam, kata dia, dapat memberikan kontribusi dan perannya kepada masyarakat yang membutuhkan dukungan modal. Serta, melayani masyarakat yang ingin menitipkan dananya kepada lembaga keuangan Islam dengan konsep syariah dalam situasi Covid-19. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement