Lebaran Ala Nabi

Red: A.Syalaby Ichsan

Ahad 24 May 2020 05:10 WIB

Rasulullah SAW (ilustrasi) Foto: Republika/Kurnia Fakhrini Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Pesantren Ramadhan segera berakhir. Jika tidak ada halangan, kalimat takbir dan tahmid akan berkumandang pagi ini sebagai pertanda akan datangnya Hari Kemenangan. Rasulullah SAW menyambut Idul Fitri dengan gembira. Nabi SAW mulai menyambut Hari Raya Kemenangan sedari malam. Saat senja telah tenggelam, Nabi SAW lantas menggemakan takbir untuk mengagungkan Allah SWT.

Dalam kitab As-Sunan al-Kubra kar ya al- Baihaqi, takbir itu berbunyi, "Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La ila haillallahu wallahu akbar. Allahu akbar wa lillahi alhamd."

Berdasarkan hadis yang dirawikan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah SAW mengajak istri dan anaknya untuk keluar pada saat Idul Fitri dan Idul Adha tiba. Bersama umat Islam lainnya, mereka pun menuju ke tempat shalat. Rasulullah SAW berang kat setelah mandi. Nabi pun mengenakan pakaian khusus dan mengenakan wewangian. Pakaian khusus tersebut hanya dikenakan pada saat hari raya dan hari Jumat.

Ibnu Qayyim Al Jauziy dalam Zadul Ma'ad mengatakan, Nabi SAW memakai pakaiannya yang paling bagus untuk ke luar (melaksanakan shalat) pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. Beliau memiliki perhiasan yang biasa dipakai pada dua hari raya itu dan pada hari Jumat.

Sekali waktu, dia memakai dua burdah (kain bergaris yang diselimutkan pada badan) berwarna hijau. Terkadang mengenakan burdah berwarna merah, tapi bukan burdah murni. Apa yang dia kenakan adalah kain ber garis-garis merah seperti kain bergaris dari Yaman. Setelah itu, Rasulullah SAW memakan kurma. Jumlahnya ganjil mulai satu, tiga, lima atau tujuh butir. Mengenai makan se belum Shalat Hari Raya, Rasulullah memiliki kebiasaan berbeda antara Shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Jika pada Shalat Idul Fitri Nabi SAW memakan kurma pada pagi sebelum shalat, Nabi SAW memakan kurma setelah Shalat Idul Adha pada Hari Raya Kurban.

Nabi pun mengeluarkan zakat fitri sebe lum berangkat ke tempat shalat Idul Fitri. Seperti yang telah dicontohkan, zakat fitrah itu dikeluarkan sebanyak satu sha' kurma atau satu sha gandum (makanan pokok) bagi anak-anak hingga orang tua, lelaki dan perempuan. Satu sha', yakni berkisar 2,15- 3 kilogram. Karena makanan pokok ma syarakat Indonesia adalah beras, zakat fitri yang dikeluarkan bisa berupa beras. Setelah mengeluarkan zakat fitri, Nabi SAW kemudian berjalan bersama keluarganya untuk menunaikan shalat Idul Fitri.

Syekh Kamil Muhammad Uwaidah menga takan, Rasulullah mengambil jalan yang berbeda pada saat pergi dan pulang shalat. Nabi dan keluarganya pun tidak lepas mengumandangkan takbir di sepanjang perjalanan. Nabi juga memerintahkan para perempuan yang haid untuk ikut menuju tempat shalat Idul Fitri di tanah lapang.

Ummu Athiyah mengatakan, pada masanya, kaum perempuan diperintahkan keluar rumah pada hari raya juga mengajak perempuan yang haid. Meski tidak ikut melaksanakan shalat, mereka berada di belakang orang yang shalat untuk bersama-sama bertakbir dan berdoa juga mendengarkan khotbah. Hanya, perempuan haid ini tidak diperbolehkan untuk memasuki tempat shalat. Syekh Ibnu Utsmain menjelaskan, mereka tidak boleh berdiam di masjid atau tempat shalat. Mereka boleh sebatas lewat atau melakukan suatu keperluan di dalamnya. Namun, bukan untuk berdiam.

Mengenai tempat shalat, menurut Sayyid Sabiq, melalui karyanya, Fiqih Sunnah, shalat Idul Fitri boleh digelar di dalam masjid. Namun, lebih utama di lapangan. Dengan catatan, tidak ada ha langan, seperti hu jan atau bentuk halang an lainnya. Menu rut dia, Nabi Muhammad biasa menunaikan shalat hari raya di lapangan dan tidak pernah menjalankannya di masjid. Hanya sekali itu terjadi saat turun hujan.

Shalat hari raya jumlahnya dua rakaat. Pada rakaat pertama, setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca al Fatihah, disunahkan membaca takbir sebanyak tujuh kali. Pada rakaat kedua, membaca takbir lima kali sambil mengangkat tangan setiap kali bertakbir.

Shalat ini sah, baik oleh lakilaki, perempuan, dan anak-anak, dalam keadaan musafir atau mukim secara berjamaah atau sendirian di lapangan, masjid, atau rumah. Mereka yang tertinggal shalat berjamaah hendaknya tetap shalat dua ra kaat. Keterangan Ibnu Abbas men jadi sandaran tentang hal ini.

Menurut dia, Rasulullah pernah berangkat untuk shalat pada hari raya. Lalu, beliau mengerjakan shalat dua rakaat dan tidak menjalankan shalat lain sesudah atau sebelumnya. Hanya, pada ri wayat lain dikatakan bahwa Nabi SAW me nunaikan shalat sunah setelah tiba di ru mah sepulangnya melaksanakan shalat Id.

Nabi SAW pun melakukan sedekah sesudah shalat Id selesai. Uwaidah meng ungkapkan, dari hadis yang dirawikan oleh Jabir bin Abdullah, Nabi SAW turun dari mimbar dan mendatangi kaum perempuan serta mengingatkan mereka. Kala itu, Muhammad bersandar pada tangan Bilal. Bilal mengembangkan jubahnya. Tidak lama berselang, para perempuan itu memasukkan sedekah ke dalam bentangan kain jubah itu. Jabir bertanya pada Atha, apakah itu merupakan zakat fitri? Ummu Athiyah menjawab, bukan. Pemberian itu merupakan sedekah pada hari raya. Di antara perempuan-perempuan itu menye de kah kan cincin dan harta bendanya untuk Bilal.