Kamis 21 May 2020 12:20 WIB

Tak Sepenuhnya Normal, Ini Gaya Resto Era Covid-19

Resto era Covid-19 menerapkan batasan ketat soal jarak.

Tak Sepenuhnya Normal, Ini Gaya Resto Era Covid-19. Pada tahap awal pelonggaran akibat Covid-9, sejumlah restoran mulai membuka layanan di luar ruang.
Foto: Mary Altaffer/AP
Tak Sepenuhnya Normal, Ini Gaya Resto Era Covid-19. Pada tahap awal pelonggaran akibat Covid-9, sejumlah restoran mulai membuka layanan di luar ruang.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Bagaimana restoran dan cafe era Covid-19? Meski sejumlah wilayah mencanangkan untuk memulai kembali dunia usaha, kondisinya tetap tak bisa dibilang normal. 

Bisnis icip-cip di Connecticut, Amerika Serikat (AS), misalnya, restoran umumnya kembali buka mulai Rabu (20/5), namun hanya di bagian yang terbuka atau outdoor. Bahkan jarak antarmeja punya sejauh 2 meter. Terbayang, hanya ada berapa meja yang mampu disediakan restoran itu.

Bahkan para pegawai restoran pun harus diupayakan agar tidak saling berhadapan. Tanda-tanda juga harus dipasang agar pengunjung selalu ingat untuk menjaga jarak. 

Di Glastonbury, Connecticut, rertoran Max Fish buka untuk makan siang dengan menyiapkan 16 meja. Pengunjung hanya mengisi separuhnya saja pada Rabu siang. Namun, seluruh meja sudah dipesan untuk makan malam. 

Crab Shell Restaurant di Stamford bahkan memasang tongkat  sepanjang 2 meter. Ini untuk memastikan jarak antar kursi.

Di Fredericksburg, Virginia, salah satu restoran membuka kembali patio bahkan harus meyakinkan pengunjung akan prosedur keselamatan. Colonial Tavern misalnya, mengukur suhu tubuh seluruh pegawai saat mereka mulai bekerja. Hasilnya dipampang agar pengunjung restoran dapat melihatnya. 

Sejumlah aturan yang diterapkan restoran memang sesuai petunjuk badan yang mengurusi penyakit di AS, Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Aturan CDC memang ditujukan untuk pusat penitipan anak, sekolah, sistem transportasi umum, restoran, bar, dan aktivitas lain.

Namun, semua aturan itu menghapus kecemasan semua warga AS. Ini terlihat dari survei Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research. Survei menunjukkan, 83 persen warga Amerika setidaknya merasa khawatir bahwa pelonggaran aturan di wilayah mereka malah akan menggiring mereka pada infeksi lain.

AS dan sejumlah negara lain memang melonggarkan sejumlah larangan yang semua diberlakukan untuk mencegah penularan Covid-19. Namun, tak ada yang senormal ketika Covid-19 belum merajalela. Tampaknya, sebelum vaksin virus korona yang mumpuni, gangguan atau disrupsi ini dapat berlangsung jangka panjang dan perekonomian tak bakal dalam waktu dekat pulih kembali. 

Di Italia, sebagai negara yang menjadikan makanan sebagai bagian penting dalam hidup, restoran dan cafe yang biasanya dipenuhi pengunjung saat normal, kini dibelit masalah keuangan. Apalagi kini usaha mereka dibuka dengan sejumlah keterbatasan, seperti menjaga jarak sosial secara ketat.

Para ahli mengingatkan, sepertiga restoran dan bar tak bisa buka kembali. Maka ada 30 ribu pekerjaan di sektor ini tersapu sedangkan kerugian mungkin mencapai 30 miliar euro tahun ini saja. 

"Kita harus membalikkan semua aktivitas yang sebelumnya biasa kami lakukan," keluh chef Raffaele di Cristo, yang harus memakan masker dan sarung tangan karet saat menyiapkan hidangan di restoran terkenal di Roma, Corsi Trattoria. "Semuanya berubah."

Corsi dibuka pekan ini. Namun, hanya separuh meja saja yang disiapkan, untuk mengikuti aturan menjaga jarak sejauh 1 meter. Penyanitasi tangan juag disediakan di pintu masuk. Restoran ini bahkan memiliki cara memesan menu yang baru yaitu melalui telepon.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement