Kamis 21 May 2020 11:19 WIB

WHO Prihatin dengan Lonjakan Kasus Covid-19 di Negara Miskin

Sebaiknya saat ini semua pihak melanjutkan pekerjaan untuk mengendalikan pandemi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Fuji Pratiwi
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. WHO prihatinan atas meningkatnya jumlah kasus virus corona di negara-negara miskin.
Foto: EPA
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. WHO prihatinan atas meningkatnya jumlah kasus virus corona di negara-negara miskin.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan keprihatinan atas meningkatnya jumlah kasus virus corona di negara-negara miskin. Pada Rabu (20/5), WHO mencatat ada 106 ribu kasus baru infeksi virus corona dalam 24 jam terakhir dan menjadi yang terbesar sejak pandemi dimulai pada Desember lalu.

"Kami masih memiliki jalan panjang untuk menghadapi pandemi ini. Kami sangat prihatin dengan meningkatnya kasus di negara berpenghasilan rendah dan menengah," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dilansir Aljazirah.

Baca Juga

Sebelumnya, WHO mendapatkan kecaman dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dikirim melalui sebuah surat. Dalam surat tersebut, Trump menuding badan internasional tersebut tidak becus menangani pandemi virus corona. Selain itu, Trump juga mengancam akan menarik diri dari WHO dan mencabut semua pendanaan.

Ghebreyesus mengakui telah menerima surat dari Trump, tapi dia enggan berkomentar lebih lanjut. Ghebreyesus menegaskan, dia berkomitmen untuk melakukan pertanggungjawaban dan peninjauan atas respons terhadap pandemi.

"Saya mengatakan berulang kali WHO menyerukan akuntabilitas lebih dari siapa pun. Itu harus dilakukan dan ketika itu dilakukan itu harus komprehensif," ujar Ghebreyesus.

Ghebreyesus mengatakan, pihaknya telah lama mencari sumber pendanaan lain untuk WHO. Menurutnya, anggaran sebesar 2,3 miliar dolar AS sangat kecil bagi badan internasional seperti WHO.

Kepala Program Kedaruratan WHO, Mike Ryan mengatakan, penilaian terhadap kinerja WHO dalam menangani sebuah wabah biasanya dilakukan setelah keadaan darurat selesai. Menurut Ryan, sebaiknya saat ini semua pihak melanjutkan pekerjaan untuk mengendalikan pandemi virus corona, mengembangkan dan mendistribusikan vaksin, dan meningkatkan pengawasan.

"Sekarang lebih baik melanjutkan pekerjaan respons darurat, termasuk mendistribusikan APD (alat pelindung diri) penting untuk pekerja dan menemukan oksigen medis untuk orang-orang di pengaturan yang rapuh, mengurangi dampak penyakit ini pada pengungsi dan migran," kata Ryan.

Ryan juga memperingatkan pendanaan AS bagi WHO akan memiliki implikasi besar untuk memberikan layanan kesehatan kepada orang-orang yang paling rentan di dunia. Dana yang diberikan AS untuk program kedaruratan sebesar 100 juta dolar AS per tahun, digunakan untuk operasi kesehatan kemanusiaan di seluruh dunia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement