Kamis 21 May 2020 02:14 WIB

Mulai Kesulitan Ekonomi, Pedagang Minta Dizinkan Berjualan

Pedagang persilakan pemerintah membuat aturannya.

Petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) menertibkan sejumlah pedagang pakaian di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Ahad (17/5). Penertiban tersebut dilakukan guna mengantisipasi sejumlah pedagang yang tetap berjualan menjelang Hari Raya Idul Fitri meski ada aturan penerapan sosial berskala besar (PSBB) guna mengantisipasi penyebaran pandemi COVID-19
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) menertibkan sejumlah pedagang pakaian di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Ahad (17/5). Penertiban tersebut dilakukan guna mengantisipasi sejumlah pedagang yang tetap berjualan menjelang Hari Raya Idul Fitri meski ada aturan penerapan sosial berskala besar (PSBB) guna mengantisipasi penyebaran pandemi COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dampak corona benar-benar membuat masyarakat juga terpukul berat secara ekonomi. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masyarakat umum maupun pelaku usaha juga mulai kesulitan  secara ekonomi. Mereka pun menginginkan agar bisa menjalankan usahanya lagi.

Seperti yang disampaikan pedagang di Tanah Abang. Pemilik toko pakaian di Tanah Abang, Dewi berharap bisa diizinkan lagi membuka tokonya. “Kami bukan tidak tahu bahaya corona, tapi pemerintah juga harus tahu bahaya perut lapar. Sebab, kalau tak berjualan, siapa yang mau kasih makan. Kecuali negara mau menyediakan kebutuhan makan kita selama di rumah. Jangankan PSBB, lock down pun kami siap kalau perut kami diperhatikan,” kata Dewi, Rabu (20/5).

Dewi mengaku setuju dengan usulan pada Juni nanti sudah mulai secara bertahap masyarakat mulai beraktivitas. Dewi mengaku tidak tahu bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, kalau masih harus dilarang berdagang dalam beberapa bulan ke depan.

“Harapannya ya pedagang sudah boleh berjualan, karyawan juga sudah pergi ke kantor masing-masing,” ungkap Dewi. Ia tidak bisa membayangkan kalau baru boleh berjualan setelah ditemukan vaksin corona.

Hal sama disampaikan pedagang pakaian di Kawasan Senen, Sabri. “Emang kita harus menunggu corona hilang baru boleh jualan?. Kami cari makannya bagaimana?” ungkap Sabri.

Sampai saat inipun, pemerintah juga tidak bisa memastikan sampai kapan corona akan hilang. Tidak mungkin mereka terus menerus berdiam di rumah.

Sabri mengaku bukan tidak takut corona, tapi dirinya juga takut anak dan istrinya tidak bisa makan. Menurutnya, silakan pemerintah membuat aturan agar selama mereka kembali berdagang, kondisinya juga aman dari corona. "Kita siap saja ikuti itu. Yang penting aturannya jangan bikin rakyat bingung,” tandasnya.

Sebelumnya, LSI Denny JA merilis temuan surveinya yang diolah dari berbagai sumber Lembaga ilmiah seperti Worldometer, WHO dan data Gugus Tugas Nasional. Menurut LSI, dengan tetap menerapkan protocol covid-19,  Indonesia sudah memenuhi syarat untuk membuka kembali kegiatan warga, baik perkantoran maupun dunia usaha. Sehingga, tuntutan terhadap kesehatan warga untuk terbebas dari virus corona bisa beriringan dengan tuntutan Kesehatan bidan ekonomi.

Senada dengan LSI, Presiden Jokowi juga sudah mewacanakan gagasan New Normal, salah satunya dengan cara hidup berdamai dengan Corona. Sejumlah Menteri Jokowi pun seperti Menko Polhukam, Menko Maritim, Menteri BUMN dan Menteri Perhubungan ikut menguatkan dengan mewacanakan relaksasi PSBB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement