Rabu 20 May 2020 18:38 WIB

Barter Pemain Bakal Dominasi Bursa Transfer Era Pandemi

Harga para superstar lapangan hijau tak sementereng dulu.

Harga Paul Pogba diperkirakan akan terjun bebas pada era pandemi Covid-19.
Foto: EPA-EFE/PETER POWELL
Harga Paul Pogba diperkirakan akan terjun bebas pada era pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Krisis virus corona tak cuma menggerogoti struktur finansial klub-klub sepak bola profesional Eropa sampai banyak di antaranya gulung tikar, antara lain juara tujuh kali liga utama Slovakia, MSK Zilina. Krisis ini juga menjatuhkan nilai pemain-pemainnya, termasuk superstar Neymar, Paul Pogba, dan Kylian Mbappe yang tahun sebelumnya membuat bursa transfer gonjang ganjing.

Kini, menjelang bursa musim panas yang tak jelas kapan mulainya ketika semua liga besar tutup toko, kecuali Bundesliga, harga para superstar tak sementereng dulu. Lembaga konsultasi terkemuka dunia KPMG menaksir angka depresiasi harga pemain-pemain sepakbola Eropa itu bisa mencapai 10 miliar euro.

Baca Juga

"Jika musim kompetisi domestik dituntaskan dengan laga tanpa penonton, maka nilai pemain akan terpangkas 6,6 miliar euro (Rp 106,3 triliun)," kata KPMG seperti dikutip laman harian ekonomi terkemuka, Financial Times

Angka itu membengkak menjadi 10 miliar euro (Rp161 triliun) jika kompetisi dihentikan begitu saja. Oleh karena itu, jangan heran kini tak ada lagi yang jor-joran berbelanja, entah itu Barcelona, Real Madrid, Paris Saint-Germain, duo Manchester, ataupun semua klub berkantong tebal lainnya.

Tak ada lagi kontroversi semacam saga Paul Pogba dan rencana reuni Neymar di Barcelona yang membuat retak ruang ganti pemain Parc de Princes. Tetapi tak ada yang mau rugi atau setidaknya tak mau terlalu rugi. Mereka tahu pandemi Covid-19 telah menggerus harga, namun karena the show must go on, maka penyesuaian-penyesuaian haruslah diambil.

Dalam kaitan itu, model bisnis pun berubah, termasuk dalam transfer pemain yang sepertinya bakal dominan mengikuti model transaksi swap ala liga basket profesional Amerika Serikat, NBA.

"Untuk pertama kalinya, kita akan menyaksikan klub-klub besar berusaha berdagang cerdas lewat kesepakatan-kesepakatan tukar tambah yang diperkirakan lebih umum terjadi dibandingkan dengan era sebelum ini," tulis Dean Jones dari Bleacher Report.

Itu artinya kesepakatan-kesepakatan seperti bertukar klub seperti terjadi pada Alexis Sanchez dan Henrikh Mkhitaryan pada 2018 atau Andy Carroll dan Fernando Torres pada 2011, menjadi hal lumrah dalam sepak bola profesional Eropa era pandemi.

Ironisnya, pandemi yang memicu terpangkasnya inflasi harga pemain yang memaksa klub-klub menjual asset-asetnya pada harga diskon demi menyeimbangkan neraca keuangan, juga bisa mengakhiri tren harga gila-gilaan pemain sepakbola yang sering dianggap tidak masuk akal.

Insentif lain dari mekanisme swap atau tukar menukar pemain ini adalah pola rekrutmen sehat, juga membuat sepak bola lebih menarik karena klub benar-benar belanja untuk mendapatkan pemain bagus, bukan dicitrakan bagus atau karena daya jual pemain di luar lapangan.

Jadi, ada sisi baiknya ternyata. Nilai riil pemain yang dulu dianggap berlebihan kini mungkin sudah tak seperti itu lagi. Pogba, Ousmane Dembele, Philippe Coutinho dan Antoine Griezmann adalah contohnya.

Mereka adalah empat dari tujuh pemain paling mahal dalam tiga tahun terakhir ini. Tapi kontribusi mereka kepada timnya datar-datar saja dan tidak sekonsisten Cristiano Ronaldo, Lionel Messi atau Neymar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement