Rabu 20 May 2020 12:41 WIB

MCCC Muhammadiyah: Berdamai dengan Covid-19 tak Tepat

MCCC Muhammadiyah menyatakan sikapnya untuk terus melawan covid-19.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
MCCC Muhammadiyah: Berdamai dengan Covid-19 tak Tepat. Foto: Agus Samsudin
Foto: Dokumen.
MCCC Muhammadiyah: Berdamai dengan Covid-19 tak Tepat. Foto: Agus Samsudin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan kasus Covid-19 di Tanah Air dari hari ke hari grafiknya masih. Di Indonesia, virus ini belum menunjukkan tanda-tanda melandai.

Menanggapi situasi yang ada, serta kebijakan-kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam penanganan Covid-19 dan respon masyarakat, Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) menyampaikan sikapnya untuk terus melawan penyebaran virus tersebut.

Baca Juga

"Berbagai indikator perkembangan wabah Covid-19 terus menunjukkan tren kenaikan. Baik dari jumlah kasus positif maupun korban meninggal. Untuk itu, justru kita harus meningkatkan upaya perlawanan terhadap penyebarannya," ucap Ketua MCCC, Agus Samsudin, dalam keterangan yang didapat Republika, Rabu (20/5).

Ia menyebut, kebijakan pemerintah untuk melonggarkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan pernyataan berdamai dengan Covid-19 di saat seperti ini bukanlah sikap yang tepat. Karena di sisi lain, nasib para tenaga kesehatan dan warga masyarakat yang terpapar dipertaruhkan.

Para tenaga kesehatan saat ini bertaruh nyawa menyelamatkan mereka yang terpapar Covid-19. Agus menulai mereka harus dijaga agar dapat bekerja dengan baik.

Sebagai wujud perlawanan terhadap penyebaran Covid-19, Muhammadiyah melalui jaringan strukturnya dari tingkat pusat hingga ranting terus melakukan berbagai upaya dalam rangka penanganan wabah Covid-19 di Indonesia.

Kebijakan penanganan Covid-19 disebut dibuat di tingkat Pimpinan Pusat dan diterjemahkan dalam aksi di lapangan. Ujung tombaknya berada di Pimpinan Cabang (PCM) dan Ranting Muhammadiyah (PRM), selain Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).

Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting PP Muhammadiyah, Ahmad Norma Permata, dalam pernyataannya menyatakan cabang dan ranting Muhammadiyah mempunyai peran yang penting dalam kerja-kerja penanganan wabah Covid-19.

"Cabang dan ranting yang selama ini bersentuhan langsung dengan persoalan keseharian warga dan terhubung secara horisontal dengan struktur pemerintahan kecamatan, desa sampai RT-RW," ucapnya.

Saat ini, Ahmad Norma menyebut sudah terbentuk 3.849 PCM dari 7.100 Kecamatan di seluruh Indonesia. 13.612 PRM dari 81.935 Desa dengan persebaran paling banyak masih berada di Pulau Jawa.

Dari jumlah tersebut terdapat 19 PCM dan 23 PRM masuk kategori unggulan. Disebut unggulan, karena telah memenuhi beberapa indikator, di antaranya pembinaan jamaah baik melalui pengajian rutin yang dikelola dengan baik, dan Muhammadiyah menjadi rujukan ibadah serta loyalitas.

Selain itu melihat manajemen organisasi, kaderisasi dan partisipasi anak muda. Pemberdayaan ekonomi warga persyarikatan, memiliki AUM unggulan yang mencerminkan Muhammadiyah yang berkemajuan (kreatif, inovatif, solutif), serta daya pengaruh ke umat dan penguasaan media.

Berdasarkan data terbaru yang masuk, hingga Rabu (20/5) pagi Muhammadiyah sudah mengucurkan dana total Rp. 143.458.606.000 dengan jumlah penerima manfaat 2.322.922 jiwa tersebar di 30 propinsi yang sudah membentuk struktur MCCC.

Dalam konteks ini pula, Muhammadiyah melalui MCCC berkomitmen untuk mendukung upaya pencegahan melalui edukasi dan sosialisasi. Bekerja sama dengan DFAT-pemerintah Australia dan UNICEF, MCCC melakukan program campaign-risk management di 24 provinsi.

Selain itu, Muhammadiyah ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para tenaga kesehatan di lapangan yang terus menerus #BersamaPerangiCorona.

Tidak ketinggalan, apresiasi kepada para donatur melalui LazisMu, baik di pusat dan cabang. Antara lain Wardah, Kompas TV, Kompas Gramedia, Sobat Ambyar, Kitabisa, Alfamidi, Alfamart, Bank Mega Syariah, PT Kelola Mina Laut, dan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan bahwa kondisi tatanan kehidupan baru atau new normal di tengah pandemi virus corona baru (Covid-19) merupakan keniscayaan yang akan dihadapi masyarakat. Presiden dalam pernyataannya dari Istana Merdeka di Jakarta, Jumat (15/5), mengatakan, pemerintah akan mengatur agar kehidupan masyarakat kembali berangsur normal, dengan mempertimbangkan data dan fakta perkembangan Covid-19.

Dia memastikan tetap mengutamakan keselamatan masyarakat. Jokowi juga menegaskan hidup berdampingan dengan Covid-19 bukan berarti menyerah. Jokowi mengajak masyarakat melawan Covid-19 dengan mengedepankan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat beraktivitas kembali secara aman, nyaman, dan produktif.

“Keselamatan masyarakat tetap harus menjadi prioritas. Kebutuhan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini. Itu keniscayaan, itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru,” kata Jokowi.

Menurut Presiden, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) juga telah menyatakan bahwa terdapat potensi virus yang menyerang saluran pernapasan itu tidak akan segera menghilang dan tetap ada di tengah masyarakat.

"Artinya kita harus berdampingan hidup dengan Covid-19. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, berdamai dengan Covid-19. Sekali lagi, yang penting masyarakat produktif, aman, dan nyaman," ujarnya.

Presiden optimistis jika masyarakat mematuhi protokol kesehatan, seperti menjaga jarak aman, mengenakan masker, dan sering mencuci tangan dengan sabun saat beraktivitas maka akan mampu mencegah penularan dari virus corona. Kepala Negara juga menekankan pemerintah terus memantau waktu terbaik bagi dimulainya periode tahapan masyarakat kembali produktif dan tetap aman dari Covid-19.

Jika nanti tahapan masyarakat produktif, aman, dari Covid-19 dapat diterapkan, Presiden mengatakan berbagai sektor usaha seperti restoran dapat beroperasi kembali.

"Tentu dengan cara-cara yang aman dari Covid-19 agar tidak menimbulkan risiko meledaknya wabah. Saya ambil contoh misalnya rumah makan isinya hanya 50 persen, jarak antarkursi dan meja diperlonggar," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement