Rabu 20 May 2020 00:05 WIB

PBB Kecam Negara-Negara yang Abaikan Peringatan WHO

Dengan mengabaikan saran WHO, berakibat virus menyebar ke negara-negara miskin.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agus Yulianto
Sekjen PBB Antonio Guterres
Foto: AP Photo/Mary Altaffer
Sekjen PBB Antonio Guterres

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengecam beberapa negara karena mengabaikan saran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama pandemi Covid 19.

Menyerukan untuk 'mengakhiri keangkuhan', Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan, pandemi tersebut harus berfungsi sebagai wake-up call ke dunia yang perlu lebih bersatu dalam menanggapi krisis.

Dengan mengabaikan saran WHO, Sekretaris Jenderal PBB mengatakan, ini berakibat virus telah menyebar ke negara-negara yang lebih miskin di mana ini dapat memiliki efek yang lebih buruk lagi.

Pada pertemuan virtual Majelis Kesehatan Dunia WHO, Senin (18/5), Guterres mengkritik, sebutan solidaritas dalam tanggapan terhadap Covid 19, tetapi malah banyak negara yang mengikuti strategi yang berbeda, dan terkadang kontradiktif.

"Kita semua membayar harga tinggi untuk ini. Banyak negara telah mengabaikan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia, sebagai akibatnya, virus telah menyebar ke seluruh dunia dan sekarang menuju ke negara-negara selatan di mana ia dapat memiliki efek yang lebih dahsyat dan berisiko mengalami puncak dan gelombang baru," kata Guterres dilansir di Euronews, Selasa (19/5).

Guterres menyebut, WHO tak tergantikan, dan ia bersikeras bahwa WHO membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk mendukung negara-negara berkembang.

"Kami sekuat sistem kesehatan terlemah. Melindungi dunia yang sedang berkembang bukanlah masalah amal atau kemurahan hati tetapi masalah kepentingan pribadi yang tercerahkan," katanya.

Ada lebih dari 316 ribu kematian yang dikonfirmasi dari Covid 19 di seluruh dunia sejauh ini, dan peningkatan jumlah infeksi di negara-negara berkembang.

Dan dia mengulangi seruannya untuk negara-negara G20 untuk mempertimbangkan paket stimulus skala besar yang akan berjumlah sebanyak persentase dua digit dari PDB global. 

sumber : Euronews
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement