Selasa 19 May 2020 14:59 WIB

Infeksi Corona di India Capai 100 Ribu Kasus

India kini berada pada posisi ke-11 di dunia jumlah kasus corona

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Pekerja migran menunggu transportasi untuk perjalanan pulang di jalan raya di pinggiran Mumbai, India, Selasa (12/5). India kini berada pada posisi ke-11 di dunia jumlah kasus corona. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/DIVYAKANT SOLANKI
Pekerja migran menunggu transportasi untuk perjalanan pulang di jalan raya di pinggiran Mumbai, India, Selasa (12/5). India kini berada pada posisi ke-11 di dunia jumlah kasus corona. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - Jumlah kasus virus corona tipe baru di India telah melampaui 101.261 pada Selasa (19/5) pagi. Menurut data statistik corona dari laman Worldometers, India kini berada pada posisi ke-11 di dunia jumlah kasus terbanyak.

Sementara itu, jumlah kematian di India mencapai 3.156 jiwa. Angka kesembuhan di negara dengan penduduk terbanyak ketiga dunia itu juga terbilang tinggi mencapai 39.233.

Baca Juga

Menurut NDTV, negara bagian Maharashtra adalah yang paling parah terkena dampak Covid-19 dengan catatan 35.058 kasus. Jumlah kasus Covid-19 di Wilayah Ibu Kota Nasional, yang meliputi ibu kota New Delhi dan daerah sekitarnya, telah mencapai 10.054. Di Jammu dan Kashmir yang dikelola India, jumlah kasus virus corona telah tercatat sebanyak 1.289, dengan 15 kematian karena virus tersebut.

Lockdown atau karantina wilayah secara nasional di India telah diperpanjang hingga akhir bulan. Pekan lalu, Perdana Menteri Narendra Modi telah menjanjikan paket stimulus untuk dampak corona senilai 266 miliar dolar AS atau setara 10 persen dari produk domestik bruto negara itu.

Hal itu tidak lain guna menghidupkan kembali perekonomian negara yang terpukul oleh salah satu kebijakan lockdown paling kejam di dunia. Namun, ekonom mengatakan nilai sebenarnya dari stimulus adalah antara 1,5 persen dan 1,8 persen dari PDB, jauh dari janji-janji Modi.

"Mereka telah cukup diperhitungkan dan cukup sinis dalam cara mereka melakukan hal ini," kata Shilan Shah dari Capital Economics dikutip Financial Times.

"Langkah-langkah aktual untuk meningkatkan permintaan sangat kecil. Itu tidak akan cukup untuk mencegah kontraksi pertumbuhan yang sangat, sangat tajam," kata dia menambahkan.

sumber : FT/Worldometers
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement