Selasa 19 May 2020 08:33 WIB

IPO di Indonesia Tertinggi Selama Pandemi

Setidaknya, terdapat 26 perusahaan yang melakukan IPO sejak awal tahun. 

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pencatatan saham perdana (ilustrasi). Setidaknya, terdapat 26 perusahaan yang melakukan IPO sejak awal tahun. 
Foto: Antara/Citro Atmoko
Pencatatan saham perdana (ilustrasi). Setidaknya, terdapat 26 perusahaan yang melakukan IPO sejak awal tahun. 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah perusahaan di Indonesia yang menyelenggarakan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara selama masa pandemi. Setidaknya, terdapat 26 perusahaan yang melakukan IPO sejak awal tahun. 

Berdasarkan data Bloomberg League Table, jumlah IPO tersebut jauh lebih banyak dibandingkan Singapura yang hanya enam perusahaan dan Malaysia yang hanya delapan perusahaan. Meski demikian, nilai perolehan dari pasar ekuitas Indonesia relatif kecil. 

Baca Juga

"Ukuran rata-rata setiap penawaran tahun ini adalah 10 juta dolar AS, turun 74 persen dari ukuran penawaran rata-rata sebesar 36 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu," kata APAC Head of Global Data Bloomberg, Vatsan Sudersan, dalam keterangan tertulis, Senin (18/5).

Bloomberg mencatat, total dana yang dikumpulkan dari pasar ekuitas sejak awal tahun hingga April 2020 yaitu sebesar 272 juta dolar AS. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan perolehan periode yang sama tahun lalu sebesar 550 juta dolar AS. Perolehan ini merupakan yang terendah sejak 10 tahun lalu. 

 

Selain itu, perusahaan-perusahaan Indonesia juga lebih suka mencari pendanaan dari pasar modal utang. Dalam empat bulan pertama di tahun ini, jumlah dana yang diperoleh dari pasar modal utang sebesar 18,9 miliar dolar AS.  

Dari total surat utang yang diterbitkan, 84 persen diantaranya diterbitkan di luar Indonesia dengan Singapura sebagai pilihan utama untuk listing. Adapun nilai obligasi yang diterbitkan di luar negeri ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 7,2 miliar dolar AS.

Vatsan melihat lebih banyak perusahaan Indonesia beralih ke pasar obligasi untuk meningkatkan sebagian modal karena ketatnya likuiditas di antara bank lokal Indonesia. "Beberapa bulan ke depan kemungkinan akan terus menjadi tantangan bagi perusahaan Indonesia karena mereka bertarung dengan jatuhnya ekonomi akibat dari Covid-19," kata Vatsan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement