Senin 18 May 2020 22:26 WIB

Alat Rapid Test Buatan Indonesia Masih Uji Validasi

Menristek mengatakan alat rapid test Covid-19 buatan Indonesia masih uji validasi.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, perangkat tes cepat (rapid test) untuk mendeteksi Covid-19 buatan dalam negeri, masih dalam tahap uji validasi di Jawa Tengah. Direncanakan pada akhir Mei, perangkat tes cepat sudah selesai uji validasi dan bisa diproduksi secara massal.

"Untuk rapid test kit melibatkan BPPT, Universitas Mataram, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Airlangga diproduksi oleh PT Hepatika, sudah 10.000 unit yang diproduksi sudah dipakai sekaligus uji validasi di Jawa Tengah untuk berbagai rumah sakit di Jawa Tengah," kata Menristek Bambang dalam konferensi pers dalam jaringan, di Jakarta, Senin (18/5).

Baca Juga

Menristek Bambang menuturkan, pada akhir Mei 2020, rencananya sudah diproduksi 40.000 perangkat cepat apabila sudah selesai uji validasi dan izin edar akan ke luar dari Kementerian Kesehatan. Sementara untuk terapi pengobatan COVID-19 menggunakan plasma konvalesen, Menristek Bambang mengatakan saat ini sudah ada protokol dan kelayakan etik (ethical clearance) secara nasional sehingga uji cobanya di berbagai rumah sakit sudah mulai bisa dilakukan.

Dengan begitu, uji coba dengan plasma konvalesen tidak hanya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto namun bisa menyebar ke beberapa rumah sakit lain. "Dengan harapan tentunya ujinya ini akan memberikan harapan mengenai kemungkinan bisa menghadapi Covid-19 dengan menggunakan plasma dari orang yang sudah sembuh," ujarnya.

Sementara untuk ventilator buatan Institut Teknologi Bandung saat ini sudah dalam tahap produksi. Sementara beberapa ventilator buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan swasta, sedang dalam tahapan uji klinis.

"Sehingga dalam waktu seminggu ke depan setelah uji klinis dan tentunya izin edarnya k eluar maka sudah diproduksi dalam produksi massal," ujarnya.

Dia memperkirakan pada Juni 2020, akan banyak ventilator hasil inovasi Indonesia muncul untuk menutupi kekurangan ventilator yang ada di rumah sakit.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement