Senin 18 May 2020 17:51 WIB

Gepeng Mulai Bermunculan di Lokasi Umum di Yogyakarta

Gepeng ini banyak berdatangan dari provinsi tetangga.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Muhammad Fakhruddin
(Ilustrasi) Petugas Satpol PP merazia gelandangan dan pengemis di kawasan Malioboro, DI Yogyakarta, Rabu (25/1).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
(Ilustrasi) Petugas Satpol PP merazia gelandangan dan pengemis di kawasan Malioboro, DI Yogyakarta, Rabu (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Gelandangan dan pengemis mulai bermunculan di lokasi-lokasi umum di Kota Yogyakarta. Titik rawan yang sering dipakai oleh gepeng ini seperti di lampu merah, kawasan Malioboro dan di halte-halte bis.

Kepala Seksi Pengendalian Operasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta, Yudho Bangun Pamungkas mengatakan, fenomena gepeng di Kota Yogyakarta ini dikarenakan menunggu bantuan yang banak disalurkan di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Terlebih menjelang Hari Raya Idul Fitri 2020.

"Fenomena gepeng di Kota Yogyakarta terjadi karena para gepeng menunggu bantuan, baik berupa makanan ataupun sembako," kata Yudho.

Munculnya fenomena gepeng ini tentu dapat menimbulkan permasalahan di tengah upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Dengan begitu, pihaknya telah melakukan operasi terhadap gepeng ini.

Gepeng yang ditemui tidak hanya warga asli Kota Yogyakarta. Namun juga ada yang dari luar daerah. "Sekali operasi bisa dapat 15 orang, setiap dijumpai gepeng ini kami minta untuk pulang. Kalau luar kota, ya kami minta untuk pulang ke daerahnya. Bahkan kemarin juga kami antar pulang ke daerah asal," ujarnya.

Dengan adanya fenomena gepeng ini, pihaknya akan lebih masif melakukan operasi. Operasi ini dilakukan bersamaan dengan sapa warga dalam rangka mengingatkan terkait pencegahan Covid-19.

Ketua Sekretariat Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY, Biwara Yuswantana mengatakan sebelumnya, gepeng ini banyak berdatangan dari provinsi tetangga. Seperti dari Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim).

"Bermunculan pengemis dadakan, dari data yang kita dapat mereka berasal dari Jateng dan Jatim yang sengaja menunggu donatur di pinggir-pinggir jalan. Mereka sengaja berharap barang ataupun uang," kata Biwara.

 

 

Silvy Dian Setiawan 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement