Senin 18 May 2020 14:11 WIB

Geliat UMKM Fesyen di Tengah Pandemi

Tak jarang bisnis fesyen berhenti produksi karena menurunnya permintaan.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Satya Festyiani
Pelaku UMKM.
Foto: Fian Firatmaja/Republika TV
Pelaku UMKM.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Salah satu bisnis yang ‘dihantam’ oleh pandemi Covid-19 adalah bisnis fesyen. Tak jarang bisnis fesyen saat ini berhenti produksi karena menurunnya permintaan dari konsumen akibat pandemi ini. 

Namun, salah satu jenama fesyen muslim Shabby Stuff tetap bergeliat di tengah pandemi ini. Pemiliknya, Nadia Adlina merasa bersyukur masih banyak permintaan pesanan pakaian muslim kepadanya, meskipun pandemi ini cukup membuatnya cemas. 

Baca Juga

“Alhamdulillah usahaku tidak terdampak pandemi. Adanya Ramadhan dan idul Fitri, justru semakin meningkat. Mendekati lebaran, orang-orang banyak yang membeli baju untuk memperingati hari raya,” ungkap Nadia kepada Republika. 

Nadia mengakui, adanya pandemi ini memberikan kendala tersendiri bagi usaha yang memiliki akun instagram @shabby_stuff. Dia yang memiliki sebanyak total 13 karyawan termasuk delapan penjahit itu mengaku cemas barang pesanan konsumen tak sampai ke tangan konsumen karena terjebak anjuran pembatasan sosial berskala besar (PSBB). 

Hal itu mengingat, menjelang lebaran bisa dipastikan akan banyak barang yang dikirim melalui ekspedisi. Produknya, juga termasuk barang yang banyak dipesan oleh banyak orang untuk perayaan lebaran.

Alhasil, dia harus mempercepat produksi dari segala lini. Mulai dari proses produksi penjahitan sampai ke pengiriman. “Untungnya aku sudah koordinasi dengan ekspedisi langganan aku, jadi insya Allah semua barang bisa dikirim H-7 Idul Fitri,” tutur dia. 

Tingginya permintaan baju muslim menjelang lebaran itu, kata dia, dikarenakan orang-orang saat ini masih menggunakan pola pikir berlebaran harus menggunakan baju baru. Masyarakat Indonesia juga masih ingin berlebaran dengan penampilan terbaik mereka di hari yang spesial itu. 

Oleh karena itu, ketika Nadia mengeluarkan desain koleksi Raya, permintaan pun membludak. “Belajar dari tahun lalu, aku sudah persiapkan semua bahan sejak Februari kemarin untuk Raya Collection. Tadinya aku khawatir dengan kondisi sekarang, apakah akan habis atau malah sisa. Ternyata Alhamdulillah masih banyak permintaan dari masyarakat,” ujar Nadia. 

Perempuan asal Semarang, Jawa Tengah itu juga sering mendapatkan cerita dari konsumennya, tentang alasan mereka masih membeli baju baru untuk Ramadhan. Menurutnya, banyak orang saat ini ingin menggunakan baju baru dengan nuansa yang sama (sarimbit), meskipun mereka berada di rumah masing-masing. Mereka masih akan terhubung melalui layanan telepon video meskipun jarak memisahkan. 

“Mereka itu ingin bajunya sama dengan anggota keluarga yang lain, meskipun berlebaran di rumah masing-masing. Jadi ada yang pesan beberapa, lalu dikirim ke beberapa kota. Katanya, nanti mereka akan berfoto dengan baju baru mereka, dan masing-masing foto akan dijadikan satu,” ujar perempuan berusia 27 tahun itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement