Ahad 17 May 2020 21:25 WIB

Dua Kunci Kesuksesan Nabi Muhammad SAW

Setidaknya, ada dua kunci kesuksesan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin.

Nabi Muhammad SAW (ilustrasi)
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Nabi Muhammad SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah Muhammad SAW merupakan pemimpin agung dalam sejarah umat manusia. Tak heran jika Michael H Hart dalam bukunya, The 100 menetapkan Muhammad SAW sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.

Lantas, apa kunci kesuksesan beliau?

Baca Juga

Para ahli sejarah bersepakat, sesungguhnya penyebab keberhasilan Rasulullah SAW berkaitan dengan pembuktiannya. Beliau sukses dalam membangun masyarakat yang berkeadilan, berkesejahteraan, dan berperadaban.

Setidak-tidaknya, ada dua hal yang utama sebagai pemicu kesuksesan itu. Pertama, kejelasan misi Rasulullah SAW, yakni untuk menebarkan rahmat, keselamatan, dan kedamaian bagi umat manusia dan alam semesta. Allah SWT menjelaskan, "Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam" (QS 21: 107).

Semua manusia, baik Muslim maupun non-Muslim, merasa damai dan tenteram hidup di bawah naungan ajaran Islam di Madinah. Rasulullah saw sebagai kepala negara dan pemerintahan sangat mengayomi mereka. Perbedaan akidah dan keyakinan tidak menyebabkan pertentangan antara yang satu dan yang lainnya. Mereka merasa saling membutuhkan, bekerja sama bahu-membahu dalam membangun negara Madinah pada waktu itu, terutama dalam membangun kekuatan ekonomi, kekuatan pertahanan dan keamanan.

Semua penduduk Madinah juga bekerja sama untuk menghadapi serangan musuh, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Musuh mereka adalah sama ketika itu, yaitu segala bentuk kezaliman dan penindasan. Piagam Madinah yang dianggap konstitusi tertulis pertama di dunia -- jauh sebelum Piagam Hak Asasi Manusia PBB (1948) -- telah merekam kebersamaan yang melahirkan tanggung jawab bersama itu dalam diktum-diktum dan pasal-pasalnya.

Faktor kedua yang menyebabkan keberhasilan Nabi Muhammad saw membangun masyarakat Madinah ialah, beliau sebagai pemimpin negara dan agama ketika itu telah menempatkan dirinya sebagai panutan.

Apa yang beliau ucapkan adalah apa yang yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Tiada pertentangan dan kesenjangan antara pernyataan dan kenyataan.

Nabi Muhammad saw juga bukan sekadar mengkhutbahkan kesederhanaan, persamaan, dan penegakan keadilan, melainkan juga mempraktekkannya. Orang-orang bukan sekadar mendengar nasihatnya, tetapi juga melihat langsung pengamalannya. Dalam kaitan ini Allah SWT berfirman: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik (uswatun hasanah) bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS 33: 21).

 

sumber : Hikmah Republika oleh Prof KH Didin Hafidhuddin
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement