Ahad 17 May 2020 07:15 WIB

Lulus Kedokteran China, Bashir Jadi Relawan Covid di Saudi

Di China, Bashir mempelajari dan mendalami tentang virus covid-19.

Rep: Mabruroh/ Red: Agus Yulianto
Virus corona (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Seorang pemagang medis Saudi yang belajar di China sedang bekerja di garis depan dalam perang Kerajaan melawan pandemi penyakit coronavirus (COVID-19). Ia adalah Maaz Bashir, laki-laki 27 tahun, yang baru saja lulus dari sekolah kedokteran Universitas Utara Hebei, China pada Januari lalu.

Dilansir dari Arabnews, Bashir telah menghabiskan hari-harinya merawat pasien-pasien corona. Pagi hari ia bertugas di rumah sakit dan malam hari menjadi sukarelawan di pusat-pusat karantina.

Beberapa minggu terakhir studi kedokterannya di China, Bashir mempelajari dan mendalami tentang virus covid-19. Sekalipun Bashir tidak pernah terpikir menjadi bagian dari tim medis di Saudi dalam memerangi Pandemi Covid-19 ketika pulang ke rumahnya.

“Saya takut, tetapi lambat laun seiring waktu saya terbiasa. Sekarang saya menangani pasien COVID-19 rata-rata 20 kasus baru setiap hari, dan sekarang ini sudah menjadi bagian dari rutinitas kerja," katanya.

Bashir mengenang, selama hari-hari pertama wabah, ia menerima pelatihan tentang cara menangani virus dan pasiennya, yang membantunya mengatasi ketakutannya dan membuatnya memenuhi syarat untuk bekerja dengan tim di Rumah Sakit King Fahd di Madinah.

Ibunya, memiliki kekhawatiran Bashir akan terkena virus. Ketakutan ibunya merupakan salah satu tantangan yang harus Bashir hadapi. 

"Sebagai dokter magang, saya tidak bisa menahan antusiasme untuk belajar dan mencoba berbagai pengalaman baru. Ibu saya baru merasa yakin setelah melihat tekad saya untuk menjalankan misi mulia ini dan sekarang dia mendukung saya," ungkapnya.

Di sisi lain, Bashir mengaku, memiliki beban yang sangat berat untuk memastikan dirinya tidak tertular corona sehingga dapat membuat keluarganya terpapar corona. Bashir harus mengisolasi dirinya di rumah dan menjalani tes reguler untuk COVID-19 seperti halnya rekan-rekan rumah sakitnya.

Bashir mengaku, kerap emosional setiap kali berhadapan dengan pasien baru Covid-19. “Saya tidak bisa melupakan seorang anak yang mengalami gagal ginjal dan dinyatakan positif COVID-19. Pasien covid-19 anak seperti itu benar-benar membuat saya sedih," ujarnya.

Karena itu, ia juga mendesak orang lain untuk bergabung dalam pertempuran negaranya melawan virus dengan mencari pekerjaan sukarela di pusat karantina atau rumah sakit.

Bashir berencana untuk melanjutkan pendidikan tingginya di China ketika krisis kesehatan berakhir dan setelah ia menyelesaikan program magangnya. 

Bashir sebelumnya belajar kedokteran di Suriah selama dua tahun tetapi pergi tak lama setelah perang pecah di negara itu, menuju ke Cina pada 2015. Setelah melanjutkan pendidikan kedokteran di Cina Bashir juga mempelajari bahasa lain. Sehingga kini ia menguasai bahasa Arab, Inggris, China, dan Myanmar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement