Sabtu 16 May 2020 15:42 WIB

Diminta Buka Ekonomi, Menkes Baru Brasil Pilih Mundur

Dua menteri kesehatan Brasil mengundurkan diri dalam kurun kurang dari 2 bulan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Pekerja makam menempatkan peti mati di kuburan umum selama pemakaman di pemakaman Nossa Senhora Aparecida, di tengah pandemi coronavirus baru di Manaus, Brasil, Senin, 11 Mei 2020. Bagian baru pemakaman dibuka bulan lalu untuk mengatasi gelombang dalam pembunuhan
Foto: AP/Felipe Dana
Pekerja makam menempatkan peti mati di kuburan umum selama pemakaman di pemakaman Nossa Senhora Aparecida, di tengah pandemi coronavirus baru di Manaus, Brasil, Senin, 11 Mei 2020. Bagian baru pemakaman dibuka bulan lalu untuk mengatasi gelombang dalam pembunuhan

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Menteri Kesehatan Brasil, Nelson Teich mengundurkan diri setelah hanya beberapa pekan menjabat, Jumat (15/5) waktu setempat. Pengunduran dirinya makin mengkhawatirkan pemerintahan Brasil yang dilanda parah dampak pandemi Covid-19.

Teich memang sempat dikecam Presiden Jair Bolsonaro. Teich dinilai terlalu takut untuk membuka kembali perekonomian negara. Bolsonaro juga menganjurkan penggunaan obat anti-malaria untuk melawan virus.

Baca Juga

Teich memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisinya tanpa memberikan alasannya mundur. Namun, dapat disimpulkan mundurnya dia oleh sebab sikap Bolsonaro yang terlalu angkuh.

"Terima kasih kepada presiden karena menawarkan kesempatan untuk bekerja sebagai menteri kesehatan. Saya telah memberikan yang terbaik," kata Teich dalam konferensi pers, Jumat seperti dilansir Aljazirah.

Anggota militer kabinet Brasil mendesak wakil menteri kesehatan Eduardo Pazuello, seorang jenderal angkatan darat yang bertugas aktif untuk menjadi menteri kesehatan yang baru. Teich berjuang untuk mencapai konsensus dengan pemerintah negara bagian mengenai pedoman untuk membuka kembali ekonomi mereka, seperti yang dituntut Bolsonaro. 

Dia mengaku terkejut saat presiden mengizinkan pusat kebugaran, salon kecantikan, dan penata rambut membuka usahanya kembali. Pemicu Teich mundur diduga juga berasal dari desakan Bolsonaro pada penggunaan yang lebih luas dari hydroxychloroquine sebagai pengobatan untuk virus corona baru. Padahal obat itu telah ditentang menteri karena kurangnya bukti ilmiah.

Teich mengundurkan diri sehari setelah Brasil melaporkan rekor jumlah kasus virus corona. Dia menggantikan Luiz Mandetta, yang dipaksa keluar pada 16 April karena menolak tekanan Bolsonaro untuk mempromosikan pemakaian hydroxychloroquine dan melawan perintah pemerintah untuk menjaga jarak.

Dalam waktu kurang dari dua bulan, Brasil kehilangan dua menteri kesehatannya. Hal itu memicu kecaman terhadap presiden sayap kanan dari para politisi dan rakyat. 

Di kota Rio de Janeiro dan Sao Paulo, di mana virus corona telah mendorong banyaknya pasien rumah sakit umum, warga Brasil memukul panci dan wajan dari jendela mereka sebagai protes kepada presidennya. Oposisi dan politisi sekutu juga mengkritik sikap keras Bolsonaro. 

Anggota parlemen Marcelo Ramos dari Partai Liberal yang berhaluan tengah mengatakan, bahwa presiden hanya akan menerima seorang menteri tanpa memperhatikan kebijakan kesehatan masyarakat berbasis ilmu pengetahuan. Pemimpin oposisi Kongres Alessandro Molon memperingatkan bahwa Brasil sedang menuju bencana kesehatan masyarakat. Dia pun menyerukan presiden harus dimakzulkan.

"Bolsonaro tidak menginginkan menteri teknis, dia menginginkan seseorang yang setuju dengan kegilaan ideologisnya, seperti mengakhiri jarak sosial dan menggunakan kloroquin," ujar Molon seorang anggota parlemen dari Partai Sosialis Brasil dalam sebuah pernyataan.

Penanganan virus corona oleh Bolsonaro telah banyak dikritik secara global karena ia telah meremehkan keparahan penyakit ini. Dia mengatakan kepada rakyat Brasil untuk mengabaikan pembatasan karantina. "Mari kita berdoa," kata mantan menteri Mandetta di Twitter setelah pengunduran diri Teich. Dia menyerukan percaya pada sains dan dukungan untuk sistem kesehatan masyarakat Brasil.

Pekan ini, Brasil melewati Jerman dan Perancis dalam jumlah kasus Covid-19. Brasil mencatat lebih dari 200 ribu diagnosis dikonfirmasi pada Kamis, ketika kementerian kesehatan melaporkan 844 kematian baru yang menjadikan angka kematian menjadi 13.933.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement