Sabtu 16 May 2020 07:06 WIB

Kanker Usus Besar, Perenggut Nyawa Hengky Sulaiman

Kanker usus besar tempati peringkat ketiga kanker terbanyak di dunia.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Kanker usus besar menjadi penyakit yang menyebabkan aktor Hengky Sulaiman meninggal.
Foto: Kankerususbesar.com
Kanker usus besar menjadi penyakit yang menyebabkan aktor Hengky Sulaiman meninggal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor senior Hengky Sulaiman meninggal dunia, Jumat (15/5). Hengky sebelumnya diketahui mengidap kanker usus besar.

Kanker usus besar atau kanker kolorektal merupakan salah satu kanker yang menyebabkan kematian utama baik pada wanita dan pria seluruh dunia saat ini. "Saat ini secara global menempati tiga kanker terbanyak," ujar Prof dr Ari Fahrial Syam selaku Akademisi dan Praktisi Klinis dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (16/5).

Baca Juga

Penyakit kanker ini bisa dicegah dan bisa diobati. Semakin dini ditemukan, semakin baik prognosisnya.

Jika kasus kanker usus besar ditemukan pada stadium awal maka harapan hidup 5 tahunnya mencapai 92 persen, sebaliknya jika kanker usus ini ditemukan pada stadium IV/lanjut maka harapan hidup 5 tahunnya hanya tinggal 12 persen. Gaya hidup menjadi salah satu penyebab kenapa kanker usus besar tetap bertahan sebagai penyebab utama kematian dan angka kejadian terus meningkat di tengah masyarakat.

"Dalam praktik saya sehari-hari kasus kanker usus sudah umum ditemukan. Saat ini bahkan kasus-kasus baru yang ditemukan pada  usia yang lebih muda," ungkapnya.

Faktor genetik memang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker usus besar tetapi gaya hidup merupakan hal yang utama. Beberapa faktor risiko yang telah teridentifikasi dan konsisten dalam berbagai penelitian termasuk penelitian di Indonesia adalah diet tinggi daging merah serta daging olahan serta kurang makan sayur dan buah.

Anjuran untuk mengontrol berat badan dengan konsumsi daging merah yang berlebihan dan tidak konsumsi buah karena mengandung karbohidrat merupakan anjuran yang menyesatkan. Rokok merupakan faktor risiko utama, rokok bukan saja perokok aktif tapi juga perokok pasif.

Beberapa kasus kanker usus yang saya temukan bukan pada perokok tapi orang terdekat dan sekitarnya merokok sehingga mereka yang terkena kanker usus besar tersebut merupakan perokok pasif.

Indonesia masih surganya buat perokok karena para perokok bebas merokok di mana saja. Di beberapa kota besar di negara maju sudah sulit untuk mencari tempat buat merokok.

Beberapa faktor risiko lain adalah kegemukan, kurang bergerak dan peminum alkohol. Ada beberapa faktor risiko yang tidak bisa berubah adalah umur, umur di atas 50 tahun menjadi batasan umur untuk memulai skrining.

Faktor genetik berupa riwayat kanker atau polip usus pada keluarga, riwayat  penyakit radang usus kronis (inflammatory bowel disease/IBD) sebelumnya, riwayat penyakit kencing manis/diabetes mellitus merupakan faktor risiko yang juga harus diantisipasi.

Penyakit ini awalnya tanpa gejala oleh karena itu buat masyarakat yang mempunyai risiko tinggi terjadinya kanker usus besar untuk kontrol ke dokter. Akan dilakukan pemeriksaan skrining untuk mendeteksi secara dini penyakit ini.

Gejala yang timbul kalau kanker usus sudah terjadi antara lain buang air besar berdarah, pola defekasi yang berubah baik mudah diare atau sembelit secara bergantian, sakit perut berulang, berat badan turun, pucat tanpa sebab yang jelas bahkan apabila  teraba  benjolan di perut merupakan gejala kanker usus besar. Pemeriksaan kolonoskopi dan dilanjutkan dengan biopsi merupakan metode  utama untuk menemukan kanker usus ini pada usus anda.

Akhirnya kenali faktor risiko, kontrol ke dokter jika mempunyai faktor risiko, kenali gejalanya dan segera berobat ke dokter. Selalu menjaga agar tetap melakukan gaya hidup sehat. Sekali lagi  penyakit kanker usus besar bisa dicegah dan bisa diobati. Semakin dini ditemukan, semakin baik harapan hidup 5 tahun kedepan untuk pasien.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement