REPUBLIKA.CO.ID, MANILA - Puluhan ribu orang berdesakan di posko evakuasi sambil berusaha mengikuti protokol jarak sosial pada Jumat, ketika topan besar menghantam Filipina. Topan Vongfong itu menurunkan hujan lebat di Pulau Samar sejak Kamis, menghancurkan rumah dan membuat setidaknya 141.700 orang mengungsi.
“Kita tetap harus mengenakan masker dan menerapkan jarak sosial, meski juga sulit,” ujar pejabat polisi setempat Carlito Abriz dikutip Channel News Asia.
Pemerintah berusaha menempatkan pengungsi separuh dari kapasitas gedung, memberikan masker, dan mengelompokkan mereka berdasarkan keluarga. Meski pula sejumlah tempat yang biasa digunakan untuk mengungsi dari badai kini dipakai untuk karantina pasien Covid-19.
“Tantangannya benar-benar terletak pada jarak fisik,” ujar pejabat bencana Junie Castillo.
Badan meteorologi nasional mengatakan topan berpotensi melemah menjadi badai tropis yang parah saat bergolak ke utara, di atas wilayah Filipina. Studi Asian Development Bank Manila Juli 2019 lalu menyimpulkan badai adalah faktor yang paling sering memangkas ekonomi Filipina antara satu hingga tiga persen. Topan paling mematikan di negara itu terjadi pada 2013, ketika Topan Haiyan menewaskan 7.300 orang.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
