Jumat 15 May 2020 17:29 WIB

Permintaan KPR Lambat, BTN Revisi Kredit Hanya tiga persen

pertumbuhan KPR Nonsubsidi melambat 1,2 persen secara yoy menjadi Rp 72,06 triliun

Rep: novita intan/ Red: Hiru Muhammad
Buruh tani membajak sawah menggunakan traktor dengan latar belakang perumahan di areal persawahan Desa Segodorejo, Kecamatan Sumobito, Jombang, Jawa Timur, Kamis (16/4/2020). Perbankan nasional memilih untuk semakin selektif dalam menyalurkan kredit kepemilikan rumah (KPR) di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Itu dilakukan sebagai mitigasi resiko di tengah meningkatnya potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi tersebut.
Foto: ANTARA/Syaiful Arif
Buruh tani membajak sawah menggunakan traktor dengan latar belakang perumahan di areal persawahan Desa Segodorejo, Kecamatan Sumobito, Jombang, Jawa Timur, Kamis (16/4/2020). Perbankan nasional memilih untuk semakin selektif dalam menyalurkan kredit kepemilikan rumah (KPR) di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Itu dilakukan sebagai mitigasi resiko di tengah meningkatnya potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berencana memangkas pertumbuhan kredit menjadi dua sampai tiga persen pada tahun ini. Hal ini disebabkan permintaan kredit perumahan nonsubsidi mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19.

Direktur Utama BTN Pahala N Mansury mengatakan perseroan juga akan merevisi Rencana Bisnis Bank (RBB) dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) pada tahun ini.

“Kita sudah pasti melakukan usulan RBB atau RKAP. Dari sebelumnya target pertumbuhan kredit 9,5 persen maka kemungkinan dua persen sampai tiga persen,” ujarnya saat video conference di Jakarta, Jumat (15/5).

Pahala menjelaskan pertumbuhan KPR Nonsubsidi melambat 1,2 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 72,06 triliun.  “KPR Nonsubsidi mungkin kita harapkan flat saja, meskipun tetap masih ada penyaluran kredit baru antara Rp 200 miliar - Rp 400 miliar per bulan,” ujarnya.

Sedangkan KPR Subsidi tumbuh 10,4 persen (yoy) menjadi Rp 100,672 triliun. Adapun total portofolio kredit perseroan masih tumbuh 4,6 persen (yoy) menjadi Rp 253,25 triliun.“KPR Subsidi masih tumbuh 10-11 persen full year,” katanya.

Dari segmen pembiayaan syariah tumbuh sebesar 6,6 persen (yoy) menjadi Rp 23,91 triliun. Hal ini didorong sekitar 71 persen-72 persen pembiayaan disalurkan ke segmen KPR subsidi. Lambannya pertumbuhan kredit perseroan juga diperburuk dengan meningkatnya kualitas kredit. Tercatat Non performing loan (NPL) gross meningkat dari 2,92 persen pada kuartal satu 2019 menjadi 4,91 persen pada kuartal satu 2020. 

Meski demikian, Pahala bilang saat ini perseroan telah melakukan pencadangan yang cukup untuk mengatasi tingginya rasio kredit macet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement