Sabtu 16 May 2020 01:05 WIB

Menlu AS Sebut China Bungkam Para Ilmuwan

AS menuding ada serangan siber terkait China yang ingin mencuri riset Covid-19.

Menteri Luar Negeri AS Mike Richard Pompeo.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Luar Negeri AS Mike Richard Pompeo.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat mengecam upaya "para aktor siber terkait China untuk mencuri kekayaan intelektual dan data AS soal virus Corona. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Kamis (14/5).

"Tingkah laku RRC di dunia siber merupakan perpanjangan dari tindakan kontraproduktif mereka selama pandemi Covid-19," kata Pompeo melalui pernyataan.

Baca Juga

Menurut Pompeo, pada saat Amerika Serikat dan sekutu serta mitra mengoordinasikan respons gabungan dan transparan untuk menyelamatkan nyawa, RRC justru terus membungkam para ilmuwan, jurnalis, dan warga negara. Mereka menyebarkan informasi sesat, yang memperburuk risiko krisis kesehatan ini.

Pernyataan Pompeo muncul sehari setelah Biro Investigasi Federal (FBI) dan Departemen Keamanan Dalam Negeri mengeluarkan pernyataan bersama untuk meningkatkan kesadaran terhadap apa yang mereka sebut sebagai ancaman terhadap penelitian terkait Covid-19.

Pernyataan itu menyebutkan bahwaFBI sedang menyelidiki pembobolan digital di organisasi AS oleh "aktor siber" terkait China.  Menurut pantauan FBI, China sedang berupaya mengidentifikasi dan secara ilegal mencuri kekayaan intelektual (IP) berharga dan data kesehatan masyarakat terkait dengan vaksin, pengobatan, dan pengujian dari jaringan dan personel yang berafiliasi dengan penelitian terkait Covid-19.

Pernyataan FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang identitas target atau pelaku peretasan. Kedutaan Besar China di Washington mengecam tuduhan itu dan menyebutnya sebagai "kebohongan."

Pompeo menjadi salah satu kritikus  China dengan menuduh negara itu menutup-nutupi keadaan pada awal kemunculan wabah dan menolak berbagi informasi. Sementara itu, hubungan antara Washington dan Beijing memburuk dengan tajam.

sumber : Reuters/antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement