Kamis 14 May 2020 19:37 WIB

Ilmuwan Temukan Petunjuk Tersembunyi dalam Kabut Pluto

Kabut tipis yang menyelimuti Pluto terbuat dari partikel yang sangat kecil

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Gambar resolusi tinggi dari lapisan permukaan atmosfer Pluto yang berwarna biru.
Foto: nasa
Gambar resolusi tinggi dari lapisan permukaan atmosfer Pluto yang berwarna biru.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pluto masih menjadi sesuatu yang misterius bagi ilmuwan. Ketika pesawat ruang angkasa New Horizons dilewati oleh Pluto pada tahun 2015, salah satu dari banyak fitur menarik yang diungkapkan oleh gambarnya adalah bahwa dunia kecil dan dingin di tata surya yang jauh ini memiliki atmosfer yang kabur.

Sekarang, data baru membantu menjelaskan bagaimana kabut Pluto terbentuk dari cahaya redup Matahari 3,7 miliar mil jauhnya saat bergerak melalui orbit yang tidak biasa.

Baca Juga

Pengamatan jarak jauh Pluto oleh teleskop NASA di pesawat terbang, Observatorium Stratospheric untuk Infrared Astronomy, atau SOFIA, menunjukkan bahwa kabut tipis yang menyelimuti Pluto terbuat dari partikel yang sangat kecil. Partikel ini tetap berada di atmosfer untuk periode waktu yang lama daripada langsung jatuh ke permukaan.

Dilansir di Space News Feed, Kamis (14/5) dijelaskan, data SOFIA mengklarifikasi bahwa partikel-partikel kabut ini sedang diisi ulang secara aktif. Ini adalah sebuah penemuan yang merevisi prediksi tentang nasib atmosfer Pluto ketika bergerak ke daerah-daerah yang lebih dingin di orbit 248 tahun Bumi di sekitar Matahari.  Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Icarus.

"Pluto adalah objek misterius yang terus-menerus mengejutkan kita," kata Michael Person, penulis utama makalah dan direktur Wallace Astrophysical Observatory dari Massachusetts Institute of Technology.

Menurut Person, ada petunjuk dalam pengamatan jarak jauh sebelumnya bahwa mungkin ada kabut. Namun, tidak ada bukti kuat untuk mengkonfirmasi itu benar-benar ada sampai data berasal dari SOFIA.

"Sekarang kami mempertanyakan apakah atmosfer Pluto akan runtuh di tahun-tahun mendatang, mungkin lebih tangguh dari yang kami kira," tambahnya.

SOFIA mempelajari Pluto hanya dua minggu sebelum penerbangan New Horizon pada bulan Juli 2015. Boeing 747 yang dimodifikasi terbang di atas Samudra Pasifik dan mengarahkan teleskopnya yang hampir 9 kaki ke Pluto selama okultasi, suatu peristiwa seperti gerhana di mana Pluto membuat bayangan samar pada permukaan bumi saat melintas di depan bintang yang jauh.

SOFIA mengamati lapisan tengah atmosfer Pluto dalam inframerah dan panjang gelombang cahaya tampak. Segera setelah itu, pesawat ruang angkasa New Horizons menyelidiki lapisan atas dan bawahnya menggunakan gelombang radio dan cahaya ultraviolet. Pengamatan gabungan ini, yang diambil begitu dekat waktunya, telah memberikan gambaran paling lengkap tentang atmosfer Pluto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement