Kamis 14 May 2020 16:16 WIB

Ekonom: Stimulus Pariwisata untuk Kelas Menengah tak Efektif

Pemerintah diminta fokus mengalokasikan anggaran pada konsumsi pangan.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman menilai, rencana pemerintah untuk memberikan stimulus pariwisata pada kuartal ketiga dan keempat merupakan upaya sia-sia. Kebijakan tersebut tidak akan efektif dalam mendorong konsumsi masyarakat maupun sektor pariwisata.
Foto: Republika
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman menilai, rencana pemerintah untuk memberikan stimulus pariwisata pada kuartal ketiga dan keempat merupakan upaya sia-sia. Kebijakan tersebut tidak akan efektif dalam mendorong konsumsi masyarakat maupun sektor pariwisata.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman menilai, rencana pemerintah untuk memberikan stimulus pariwisata pada kuartal ketiga dan keempat merupakan upaya sia-sia. Kebijakan tersebut tidak akan efektif dalam mendorong konsumsi masyarakat maupun sektor pariwisata.

Rizal menjelaskan, penyebabnya adalah kepastian dan jaminan penyebaran Covid-19 yang tidak jelas dan tegas. "Alih-alih masyarakat berinteraksi sosial dan melakukan normalisasi aktivitas, yang terjadi adalah sebaliknya," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (14/5).

Baca Juga

Meski terlihat banyak masyarakat yang membutuhkan relaksasi setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Rizal menuturkan, pertumbuhan konsumsi tidak akan terjadi secara otomatis. Sebab, sangat dipengaruhi oleh pendapatan harga barang dan jaminan penyebaran wabah.

Selain itu, Rizal menambahkan, bisa dipastikan kondisi sektor riil yang menyerap tenaga kerja masih butuh timelag. Begitupun dengan iklim bisnis yang baik dan pasar bergairah perlu waktu utnuk pulih dan reborn dari dormansi produksinya.

Kondisi tersebut dimungkinnkan akan mulai stabil pada awal tahun depan. Termasuk ekspektasi dan sentimen pasar. "Oleh karena itu, penyebaran wabah masih menjadi pertimbangan masyarakat dalam mengkonsumsi atau mengalokasikan dana pariwisatanya pada semester kedua tahun ini," kata Rizal.

Di sisi lain, Rizal menyebutkan, masyarakat berpendapatan menengah cenderung melakukan saving atau menyimpang uangnya untuk berjaga-jaga menghadapi 2021. Ini akibat dari penurunan pendapatan selama masa pandemi. Selain disimpan untuk konsumsi, banyak di antara masyarakat menyimpan uang untuk modal usaha di kemudian hari.

Dibandingkan harus mengeluarkan stimulus pariwisata, Rizal menganjurkan pemerintah fokus untuk mengalokasikan anggaran pada konsumsi pangan. Sebab, tingkat kebutuhan masyarakat terhadap pangan kian tinggi pada kuartal ketiga dan keempat seiring kemungkinan keterbatasan ketersediaan pangan.

Selain itu, pemerintah perlu memperkuat perbaikan pasar yang lebih kuat. Hal ini diharapkan mampu mendorong harga keseimbangan yang baru. "Dengan demikian, perbaikan konsumsi rumah tangga akan menjadi lebih baik," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Kacaribu menyebutkan, pemerintah akan memperluas stimulus konsumsi dengan fokus kelas menengah pada kuartal ketiga dan keempat. Stimulus diberikan melalui sektor pariwisata, restoran, transportasi dan sebagainya.

Rencana ini seiring dengan desain pemulihan ekonomi nasional yang memperkirakan sudah adanya pelonggaran kebijakan phyical distancing pada kurun waktu tersebut. Sejalan dengan skenario ini, pemerintah menganggarkan stimulus hingga Rp 3,8 triliun pada sektor pariwisata sebagai bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Stimulus diberikan melalui diskon tiket pesawat ke destinasi wisata serta insentif pajak hotel atau restoran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement