Kamis 14 May 2020 16:11 WIB

Jelang Lebaran Telur Ayam Infertil Banyak Beredar

Telur ayam infertil cenderung lebih cepat busuk meski harganya lebih murah.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Indira Rezkisari
Peternak memanen telur ayam.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Peternak memanen telur ayam.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Menjelang Lebaran masyarakat diminta lebih berhati-hati saat membeli telur. Terutama telur ayam negeri atau leghorn yang banyak digunakan untuk membuat kue atau kebutuhan lain.

Kewaspadaan menyusul banyak beredarnya telur infertil atau telur yang sebenarnya telah dibuahi untuk kebutuhan pengadaan DOC atau day old chick. ''Saat ini cukup banyak telur infertil yang dijual di masyarakat. Baik di pasar-pasar, maupun tempat lainnya,'' jelas Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Petelur Nasional Banyumas, Agus Catur, Kamis (14/5).

Baca Juga

Beredarnya telur infertil cukup meresahkan khususnya bagi peternak ayam petelur dan pedagang telur. Karena bisa merusak iklim usaha yang sudah berlangsung. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, pihaknya telah menangkap basah adanya praktik penjualan telur infertil.

''Telur itu memang dijual lebih murah dari telur leghorn sebagaimana biasa, karena kualitasnya memang lebih rendah dari telur leghorn biasa. Dari penggerebakan ini, kami mendapatkan sekitar 200 kg telur infertil yang sedang dijual,'' katanya.

Dia menyebutkan, telur infertil dilarang pemerintah untuk diperjualbelikan. Sesuai Pementan No 32/230/2017, telur yang sudah dibuahi atau telur infertil dilarang untuk dijual ke masyarakat.

Alasannya bukan hanya untuk memberikan perlindungan para peternak petelur. ''Lebih dari itu, karena kualitas telur infertil tidak baik jika digunakan sebagai telur konsumsi,'' jelasnya.

Dia menyebutkan, telur infertil cenderung lebih cepat busuk bila dibandingkan dengan telur leghorn biasa. ''Hal ini karena telur itu sebenarnya memang sudah dibuahi, sehingga kalau tidak segera dikakukan pengeraman, pasti akan cepat busuk,'' katanya.  

Dia menengarai, telur infertil berasal dari perusahaan-perusahaan pembibitan ayam broiler atau pengadaan DOC. Pabrik memutuskan menjual telur yang sudah dibuahi, karena harga penjualan telur lebih menguntungkan daripada menjual dalam bentuk DOC.

''Saat ini memang lebih menguntungkan dijual telur daripada menjual DOC. Tadi kata yang jual mereka dapat dari Jawa Timur seharga Rp 15 ribu per kilo. Jauh lebih murah dibanding dengan telur ayam leghorn yang biasa,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement