Rabu 13 May 2020 20:30 WIB

Rendahnya Kualitas Gabah jadi Kendala Penyerapan

Target penyerapan Bulog Indramayu pada tahun ini mencapai 46 ribu ton setara beras.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Seorang petani di Desa Cempeh, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu sedang menjemur gabah yang baru dipanennya, Rabu (4/4). Panasnya cuaca memudahkan mereka menjemur gabah sehingga berani menjual dengan harga lebih tinggi.
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Seorang petani di Desa Cempeh, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu sedang menjemur gabah yang baru dipanennya, Rabu (4/4). Panasnya cuaca memudahkan mereka menjemur gabah sehingga berani menjual dengan harga lebih tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Perum Bulog Cabang Indramayu telah mulai melaukan penyerapan gabah dan beras milik petani. Namun, rendahnya kualitas gabah yang dipanen petani akibat terendam air dan serangan hama, menjadi kendala dalam penyerapan tersebut.

‘’Penyerapan gabah beras sudah dilakukan dari mulai awal panen di awal Maret,’’ ujar Kepala Perum Bulog Cabang Indramayu, Dadan Irawan, kepada Republlika, Rabu (13/5).

Dadan menyebutkan, target penyerapan Bulog Indramayu pada tahun ini mencapai 46 ribu ton setara beras. Dari jumlah itu, realisasi penyerapan sampai hari ini (Rabu) mencapai 1.200 ton.

Dadan mengakui, dalam melakukan penyerapan, ada sejumlah kendala yang dihadapi Bulog. Di antaranya adalah kurangnya kualitas gabah milik petani akibat terendam air maupun terkena serangan hama.

‘’Hal ini juga yang menyebabkan harga gabah petani ada yang dibawah HPP,’’ terang Dadan.

Adapun harga pembelian pemerintah (HPP) yang diterapkan Bulog dalam melakukan penyerapan adalah mengacu pada Permendag Nomor 24 Tahun 2020. Dalam aturan itu, harga gabah kering panen (GKP) Rp 4.200 per kg, harga gabah kering giling (GKG) Rp 5.300 per kg dan beras Rp 8.300 per kg.

Sedangkan untuk kualitas gabah dan beras yang diserap oleh Bulog, lanjut Dadan, juga mengacu pada permendag. Dimana untuk GKG, kadar airnya maksimal 14 persen dan kadar hampa tiga persen.

Sedangkan kualitas beras, kadar airnya maksimal 14 persen, broken maksimal 20 persen dan menir maksimal dua persen.

Dadan mengungkapkan, pihaknya sealu siap untuk menyerap gabah dan beras milik petani maupun dari mitra penggilingan. Namun, hal itu bisa dilakukan selama kualitas gabah dan berasnya sesuai permedag.

‘’Anggota kami juga siap menuju lapangan apabila ada harga gabah jatuh, melakukan analisa kualitas gabah dan apabila sesuai kami beli,’’ tegas Dadan.

Sementara itu, salah seorang petani di Desa Mundakjaya, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, Opih mengeluhkan, harga GKP di daerahnya hanya di kisaran Rp 3.700 – Rp 3.800 per kg tergantung kualitas gabahnya. Sedangkan GKG untuk padi jenis Kebo, dihargai Rp 4.200 per kg. 

‘’Selain murah, jualnya juga susah. Kalaupun ada yang mau beli, nawarnya murah,’’ keluh Opih.

Opih mengatakan, sulitnya menjual gabah itu dikarenakan tidak adanya pembeli gabah dari luar daerah, seperti Karawang. Dia memperkirakan, kondisi itu dikarenakan petani di Karawangnya juga saat ini sedang berlangsung panen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement