Rabu 13 May 2020 19:42 WIB

Pakar: PSBB Dilonggarkan, Kendali Dipegang oleh Individu

Damai dengan virus artinya akui bahaya corona, tapi ekonomi mesti bergerak.

Penjual jasa servis telepon genggam menawarkan jasanya di kawasan Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta, Rabu (13/5/2020). Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan para penjual jasa servis telepon genggam di PGC menawarkan jasanya di tepi jalan karena larangan membuka gerai di mal tersebut.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Penjual jasa servis telepon genggam menawarkan jasanya di kawasan Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta, Rabu (13/5/2020). Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan para penjual jasa servis telepon genggam di PGC menawarkan jasanya di tepi jalan karena larangan membuka gerai di mal tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar komunikasi dari Universitas Indonesia Dr Firman Kurniawan Sujono mengatakan, kendali penularan virus Covid-19 akan kembali kepada individu saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan. Menurut dia, hal itu memiliki potensi penularan Covid-19 lebih besar, cepat, dan luas.

"Mana kala pengetatan dibuka, maka kendali beralih, ada di tangan individu masing-masing, baik itu pegawai yang kembali ke kantor, mahasiswa dan pelajar yang berkegiatan di ruang-ruang pengajaran, para penumpang di moda transportasi, dan para pedagang di arena pencarian mata pencahariannya," ujar Firman di Jakarta, Rabu (12/5).

Baca Juga

Untuk itu, perlu dikomunikasikan, bagaimana pengaturan mana kala terjadi penularan saat "damai" dengan Covid-19. Untuk "damai" artinya tetap mengakui potensi penularan alamiah virus yang cepat, namun di sisi lain semua aktivitas ekonomi bisnis yang dibekukan selama masa PSBB digerakkan kembali.

"Tentu saja dengan protokol ketat dan tetap menjaga pembatasan jarak fisik. Kondisi ini tentunya akan membuat rumah sakit akan mudah penuh dan rasio tenaga kesehatan dengan jumlah pasien yang harus dirawat, lebih cepat terlampaui," kata dia.

Dia menjelaskan, perkembangan penularan saat ini tidak saja oleh orang yang bergejala sakit, bahkan banyak pasien positif yang sama sekali tanpa gejala. "Ini tentu mempersulit pengendalian. Dalam konteks damai itu terjadi pembauran yang sehat, sakit dan sakit tanpa gejala."

Selama vaksin belum ditemukan, "damai" bukan berarti virus juga bersedia mengurangi agresivitasnya untuk menular. Dalam pikiran sederhana masyarakat, damai artinya virus tetap menular, namun ekonomi kembali digerakkan, sebagaimana menghadapi penularan penyakit lain seperti hepatitis, demam berdarah, TBC atau bahkan HIV AIDS.

"Sayangnya, virus Covid-19 belum bisa terkendali sejinak itu," terang dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement