Rabu 13 May 2020 11:54 WIB

Barang Branded Gak Laku, Louis Vuitton Rugi Besar

Barang Branded Gak Laku, Louis Vuitton Rugi Besar

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Barang Branded Gak Laku di Tengah Corona, Miliarder Louis Vuitton Rugi Rp448 Triliun!. (FOTO: Forbes)
Barang Branded Gak Laku di Tengah Corona, Miliarder Louis Vuitton Rugi Rp448 Triliun!. (FOTO: Forbes)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Kebijakan lockdown yang tersebar di berbagai dunia, membuat orang-orang enggan berbelanja. Di tambah lagi dengan adanya PHK di setiap sektor, miliarder berkebangsaan Perancis Bernard Arnault ikut rugi besar karena tidak ada yang berbelanja di tengah pandemi corona.

Bernard Arnault merupakan pemilik LVMH Group yang membawahi merek fesyen ternama, salah satunya adalah Louis Vuitton.

Baca Juga: Penjualan Anjlok Triliunan, Pemilik Hypermart Rugi Ratusan Miliar

Di tengah gempuran corona, kekayaan Bernard Arnault tergerus 19% dan hartanya anjlok sebesar USD 30 miliar (Rp448 triliun), menurut Bloomberg Billionaire Index.

Dilansir dari South China Morning Post di Jakarta, Rabu (13/5/2020) per 6 Mei yang lalu, Arnault kehilangan jumlah uang yang sama dengan jumlah uang yang justru didapatkan miliarder Amazon, Jeff Bezos di masa pandemi ini.

Untuk diketahui, keluarga keluarga Arnault sudah memulai menjalankan bisnis fesyen sejak 1980. Salah satu merek kenamaan mereka, Louis Vuitton yang memiliki profit margin sebesar 45 persen.

Merek produk fesyen dan gaya hidup yang dikelola group LVMH khusus diperjual belikan untuk para orang kaya yang menghabiskan uang mereka untuk barang mewah.

Namun sejak virus Corona menyebar, semua tak sama lagi. Hampir sebagian besar butik fesyen milik LVMH tutup dalam jangka waktu lebih dari sebulan. Kegiatan "orang kaya" seperti fashion show yang diiringi pesta, kehidupan malam yang mewah dan restoran mewah tutup akibat physical distancing.

Di samping itu, Arnault harus membayar USD 16 miliar untuk Tiffany & Co. sebagai akuisisi industri mewah terbesar yang pernah ada. LVMH telah menimbang kembali setiap saran untuk negosiasi ulang harga setelah bisnis perhiasan AS terhenti.

Selain itu, untuk menjaga bisnis tetap bertahan hidup, perusahaan berencana memangkas 30 hingga 35 persen modal belanja mereka tahun ini dan menunda pembukaan toko baru serta renovasi outlet. Lalu, outlet Sephora di Amerika juga sudah memangkas 3.000 pekerja pada awal April lalu.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement