Rabu 13 May 2020 10:59 WIB

Pertumbuhan Pariwisata di Jabar Tercatat Minus 3 Persen

Fase pemulihan direncanakan dilakukan pada Juni hingga Desember 2020.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Bilal Ramadhan
Suasana sepi di objek wisata Bukit Paralayang, Puncak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/4/2020). Kawasan wisata Puncak yang merupakan destinasi wisata favorit di Bogor tersebut sepi pengunjung sejak beberapa pekan terakhir terdampak pandemi COVID-19.
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Suasana sepi di objek wisata Bukit Paralayang, Puncak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/4/2020). Kawasan wisata Puncak yang merupakan destinasi wisata favorit di Bogor tersebut sepi pengunjung sejak beberapa pekan terakhir terdampak pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat, terus berupaya untuk merancang pembenahan dan pemulihan industri kreatif dan pariwisata. Karena, selama pandemi virus corona (Covid-19) dunia usaha di sektor ini mengalami pelemahan hingga berdampak pada banyak hal, salah satunya tenaga kerja yang dirumahkan (unpaid leave).

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Jawa Barat, Dedi Taufik, pandemi yang terjadi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, khususnya sektor pariwisata yang pertumbuhannya tercatat -3 persen atau berdampak pada inflasi sebesar 0,244 persen.

Dedi mengatakan, para pelaku di industri ini, termasuk hotel, restoran, industri ekonomi kreatif hingga usaha non formal banyak yang mengambil kebijakan untuk merumahkan para pekerjanya.

“Penurunan drastis bahkan hampir merata di seluruh (Provinsi) Jawa Barat. Mereka para pelaku industri memutuskan untuk menutup dan tidak ada aktivitas yang signifikan dalam kegiatan ekonomi,” kata Dedi kepada wartawan, Rabu (13/5).

Dedi menjelaskan, berdasarkan catatan dari Disparbud Jabar, sedikitnya ada 48.289 pekerja yang dirumahkan. Rinciannya, pekerja di bidang destinasi sebanyak 5.179 orang, pekerja di bidang hotel 12.143 orang dari total 2.768 lembaga usaha.

Kemudian, kata dia, pekerja di bidang usaha restoran sebanyak 1.179 orang, pekerja ekonomi kreatif sebanyak 14.991 orang. Lalu, pekerja di bidang biro perjalanan sebanyak 1.107 dan pekerja seni budaya sebanyak 14,721 orang.

Dedi mengaku terus merancang strategi untuk memulihkan, termasuk, membuat mitigasi di sektor ini setelah pandemi berakhir. Sejauh ini ada tiga tahap dan pemetaan yang sudah dibuat yakni, fase tanggap darurat, fase pemulihan dan normalisasi.

Pada tahap tanggap darurat, kata dia, pihaknya melakukan upaya untuk menekan dampak buruk yang terjadi. Salah satu langkah yang diambil adalah berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta pemerintah kabupaten kota untuk membantu para pekerja, termasuk mendorong kebijakan fiskal bagi pelaku pariwisata berdasarkan permohonan asosiasi.

“Berdasarkan permohonan itu, pihak kementerian (pariwisata dan ekonomi kreatif) melakukan refocusing anggaran untuk membantu para pekerja yang terdampak. Alhamdulillah Jabar mendapat bantuan dengan kuota 36 ribu pack bahan makanan pokok bantuan kerohiman dari kemenparkraf untuk pekerja yang terdampak,” paparnya.

Menurutnya, bantuan ini hanya bersifat sementara dan tidak bisa menyelesaikan persoalan. Namun, jika dilihat dari sisi psikoogis, maka hal ini diharapkan bisa berpengaruh positif dan meringankan beban kepada para pekerja yang dirumahkan.

Kemudian, kata dia, pada fase pemulihan, direncanakan dilakukan pada Juni hingga Desember 2020. Ia berharap, pandemi ini bisa segera berakhir agar bisa fokus mendorong bergeraknya industri pariwisata dan ekonomi kreatif.

Di awal fase ini, kata dia, ada konsep new normal pada promosi dengan sasaran pariwisata pasar domestik yang dibagi ke dalam beberapa bagian daerah.

“Tentu saja ada penerapan protokol kesehatan yang ketat. Kita berharap dalam fase pemulihan sudah mulai mengedepankan quality tourism. Dorongan kepada masyarakat ini nantinya diarahkan pada destinasi wisata alam terbuka,” paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement