Rabu 13 May 2020 04:08 WIB

Kasus Kematian di Inggris Capai 38 Ribu

Dalam waktu sepekan angka kematian di Inggris bertambah 6.000.

Pejalan kaki menyeberang jalan di Jembatan Southwark selama jam sibuk pagi hari di London, Senin (11/5). Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pada hari Minggu kembai membuka aktifitas perkantoran setelah masa lockdown akibat pandemi COVID-19.
Foto: AP / Kirsty Wigglesworth
Pejalan kaki menyeberang jalan di Jembatan Southwark selama jam sibuk pagi hari di London, Senin (11/5). Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pada hari Minggu kembai membuka aktifitas perkantoran setelah masa lockdown akibat pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Jumlah kasus kematian akibat Covid-19 di Inggris mencapai 38.000 jiwa per awal Mei. Angka tersebut sejauh ini terparah di Eropa.

Angka kematian di Eropa merupakan gambaran suram di panti jompo, lokasi terdampak wabah secara signifikan.

Baca Juga

Menurut Kantor Statistik Nasional (ONS) untuk Inggris dan Wales, di Inggris tercatat sebanyak 38.289 kasus kematian hingga 3 Mei- bertambah hampir 6.000 kasus dalam waktu sepekan dalam hitungan Reuters yang juga memasukkan Skotlandia dan Irlandia Utara.

"(Kasus di) panti jompo, sayangnya, menunjukkan penurunan yang paling lambat. Untuk pertama kalinya, kalau saya tidak salah ingat, ada lebih banyak jumlah kasus kematian di panti jompo daripada rumah sakit dalam satu pekan," kata ahli statistik ONS, Nick Stripe, dalam wawancara dengan BBC TV.

Saat ini, jumlah kasus kematian di panti jompo tercatat satu pertiga dari jumlah kasus kematian di seluruh wilayah Inggris dan Wales. Secara umum, data jumlah kasus kematian karena virus corona itu keluar satu hari setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatur rencana bertahap agar masyarakat kembali bekerja dan aturan penggunaan penutup wajah nonmedis.

Tidak seperti data yang dirilis pemerintah, angka dari ONS juga mengikutsertakan kasus kematian yang diduga akibat Covid-19.

Angka itu, bagaimanapun, meningkatkan tekanan terhadap Johnson terkait sikapnya menanggulangi wabah Covid-19. Partai oposisi menyebut dia lamban dalam menerapkan karantina wilayah, melaksanakan pengujian masal, menyediakan alat pelindung diri untuk tenaga medis di rumah sakit, dilansir dari Reuters

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement