Selasa 12 May 2020 17:00 WIB

Kisah Lonjakan Kasus dari Para Super Spreader

Tanpa adanya vaksin corona para super spreader mungkin akan terus jadi ancaman.

Klub malam Made di Itaewon, Seoul, Korea Selatan, diduga menjadi lokasi penyebaran virus corona. Di klub malam ini seorang pria berusia 20-an tahun diduga menjadi super spreader dan menularkan banyak pengunjung klub.
Foto: EPA-EFE/YONHAP SOUTH KOREA OUT
Klub malam Made di Itaewon, Seoul, Korea Selatan, diduga menjadi lokasi penyebaran virus corona. Di klub malam ini seorang pria berusia 20-an tahun diduga menjadi super spreader dan menularkan banyak pengunjung klub.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Jaramaya, Adysha Citra Ramadhani, Antara

Selama vaksin virus corona jenis baru belum ditemukan, maka kemungkinan adanya kasus baru Covid-19 selalu akan ada. Termasuk di negara-negara yang saat ini sudah mulai melonggarkan kebijakan karantina untuk kembali melanjutkan kehidupan pascapandemi.

Baca Juga

Seperti di Korea Selatan (Korsel) yang kembali waspada setelah kasus super spreader, atau adanya satu orang positif yang menyebarkan virus ke banyak orang lainnya.

Otoritas Korea Selatan (Korsel) menyisir data ponsel, kartu kredit, dan rekaman CCTV untuk mengidentifikasi orang-orang yang mengunjungi klub malam di Seoul. Lebih dari 100 kasus baru yang berkaitan dengan klaster di klub malam telah menimbulkan kekhawatiran munculnya gelombang kedua infeksi virus korona.

 

Otoritas kesehatan telah melacak dan menguji ribuan orang yang datang ke klub malam dan bar di wilayah Itaewon, Seoul. Namun masih banyak pengunjung lainnya yang belum dapat diidentifikasi.

"Kami menggunakan informasi stasiun telekomunikasi dan transaksi kartu kredit dari klub malam untuk mengidentifikasi 1.982 dari mereka yang tidak tersedia," kata pejabat Kementerian Kesehatan, Yoon Tae-ho.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) pada Selasa (12/5) mengatakan, setidaknya 102 orang dinyatakan positif terinfeksi virus corona. Mereka terhubung dengan kasus yang berasal dari klub malam dan bar.

Wali Kota Seoul, Park Won-soon, mengatakan sebanyak 7.272 orang yang terkait dengan klub malam telah melakukan tes virus corona. Mereka yang melakukan tes termasuk anggota keluarga atau rekan kerja dari para pengunjung klub malam. Berdasarkan penelusuran kartu kredit dan telekomunikasi, sebanyak 10.905 orang berada di Itaewon ketika kasus baru virus corona ditemukan.

Pihak berwenang melakukan pengujian secara anonim. Mereka yang diketahui pergi ke sebuah klub malam di Itaewon hanya perlu memberikan nomor telepon untuk melakukan tes, tanpa membeberkan nama mereka.

Park mengatakan, seorang lelaki berusia 20 tahun dinyatakan positif terinfeksi virus corona. Dia diketahui telah mengunjungi klub yang berbeda, sehingga memicu kekhawatiran bahwa penyebaran virus corona telah meluas.

Pejabat setempat melaporkan 27 kasus baru virus corona pada Senin tengah malam, setelah kasus pertama di klub malam terungkap pada pekan lalu. Presiden Moon Jae-in menyerukan kepada KCDC untuk bertindak cepat dalam memerangi pandemi.

"Kita perlu segera memperkuat sistem karantina dan kesehatan," ujar Moon.

Sebelumnya, Korsel menuai pujian karena telah melakukan tindakan dengan cepat dan pengujian besar-besaran ketika pandemi virus corona menyerang negara tersebut. Tindakan ini secara signifikan telah mengurangi tingkat infeksi baru dalam beberapa minggu terakhir menjadi kurang dari 10 kasus dalam sehari. Secara keseluruhan, Korsel memiliki 10.936 kasus virus corona dan 258 kematian, dikutip dari Reuters.

Penularan baru dari seorang pria berusia 20-an tahun itu mendorong Seoul untuk memberlakukan penghentian sementara semua fasilitas hiburan malam pada Sabtu (9/5). Wabah itu muncul tepat ketika Korea Selatan telah melonggarkan beberapa pembatasan jarak sosial dan berusaha untuk membuka kembali sekolah dan bisnis sepenuhnya.

Presiden Moon Jae-in memperingatkan tentang kemungkinan gelombang kedua epidemi akhir tahun ini, mengatakan klaster terbaru ini telah menegaskan risiko bahwa virus yang menyebabkan penyakit Covid-19 dapat kembali menyebar luas kapan saja.

"Ini belum berakhir sampai selesai. Sambil tetap meningkatkan kewaspadaan sampai akhir, kita tidak boleh menurunkan kewaspadaan kita mengenai pencegahan epidemi," kata dia dalam pidato televisi yang menandai ulang tahun ketiga pelantikannya.

"Kita berada dalam perang yang berkepanjangan. Saya meminta semua orang untuk mematuhi tindakan pencegahan dan peraturan keselamatan sampai situasinya selesai, bahkan setelah melanjutkan kehidupan sehari-hari."

Pengujian yang meluas, pelacakan kontak yang intensif, dan aplikasi pelacakan telah membantu ekonomi terbesar keempat di Asia untuk membendung laju penularan virus corona tanpa memberlakukan karantina wilayah berskala luas seperti yang diterapkan di negara lain. Moon mengatakan sebagai bagian dari pertempuran jangka panjang melawan Covid-19, KCDC akan diberikan kekuatan yang lebih besar dan berganti nama menjadi Administrasi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Pemerintah daerah akan membuat sistem respons epidemi mereka sendiri dengan lebih banyak pakar.

"Kami juga akan mendorong pendirian rumah sakit khusus untuk mengobati penyakit menular dan pusat penelitian penyakit menular nasional," kata Moon.

"Tugas-tugas ini sangat mendesak jika kita mempersiapkan gelombang epidemi kedua yang diprediksi para ahli akan terjadi pada musim gugur atau musim dingin ini," ujarnya.

Kasus super spreader juga terjadi Ahmedabad India. Bahkan di sana disebut ada sekitar 334 super spreader yang mengakibatkan seluruh toko dan pasar harus ditutup sampai 15 Mei.

Dikutip dari Economic Times, hingga Sabtu Gujarat melaporkan ada 7.797 kasus positif dan 472 kematian. Dari kasus tersebut terdapat 5.540 kasus positif dan 363 kematian di Ahmedabad.

Pejabat setempat menduga ada sekitar 14 ribu orang yang berpotensi menjadi super spreader. Mereka akan diperiksa dalam waktu beberapa hari.

Sejak 20 April, pemerintah Ahmedabad sudah memeriksa 3.817 sampel. Sebanyak 334 di antaranya positif. Mengapa mereka disebut super spreader alasannya karena umumnya mereka bekerja di pasar atau di toko yang memiliki interaksi besar dengan banyak orang.

Misalnya seorang pemilik toko di area Vejalpur yang dites positif. Seluruh pembelanja yang datang ke tokonya selama 15 hari terakhir sudah diminta melakukan isolasi mandiri.

Adalagi kasus pedagang semangka yang positif corona. Dia diidentifikasi sebagai super spreader karena telah menyebabkan setidaknya 96 orang yang kontak langsung dan tidak harus diisolasi. Sebanyak 12 orang dari 96 orang itu dites positif.

Super spreader merupakan sebutan untuk seseorang yang karena berbagai faktor dapat menyebarkan penyakit menular ke banyak orang. Seringkali seorang super spreader menularkan penyakit ke petugas-petugas kesehatan yang merawatnya.

Istilah super spreader pertama kali digunakan pada saat wabah SARS terjadi di 2002-2003. Banyaknya penularan antarmanusia pada saat itu membuat peneliti berpikir mengenai berapa banyak orang yang bisa tertular penyakit dari satu sumber yang sama.

"Menjadi jelas bahwa beberapa individu, sedikit orang, memiliki infeksi yang dapat menyebabkan kasus infeksi sekunder yang lebih luas," terang Direktur WHO Collaborating Centre for Reference and Research on Inlfuenza Kanta Subbarao.

Sejak saat itu, keberadaan super spreader menjadi salah satu hal yang diperhatikan ketika sebuah virus baru muncul. Subbarao menyatakan bahwa infeksi sekunder biasanya lebih banyak mengenai tenaga kesehatan yang merawat pasien dengan penyakit menular. Namun tak menutup kemungkinan juga bila infeksi sekunder mengenai orang-orang yang berkontak dengan pasien penyakit menular.

Belum diketahui apakah seorang super spreader dapat menularkan penyakit ke banyak orang karena memiliki virus yang banyak atau karena dia berkontak dengan banyak orang. Untungnya, lanjut Subbarao, keberadaan super spreader tergolong langka.

photo
Gejala terbaru Covid-19 menurut CDC AS. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement