Senin 11 May 2020 21:54 WIB

Islam Memandang Cinta

Ada tiga tingkatan cinta menurut Islam.

Bagaimana Islam memandang cinta? (ilustrasi)
Foto: ©wallpaper.com
Bagaimana Islam memandang cinta? (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam memandang persoalan cinta sebagai fitrah yang diberikan Allah kepada manusia dan mustahil dipisahkan dari kehidupan. Tak terbayangkan, jika cinta itu dicabut Allah dari individu, keluarga atau dari masyarakat.

Sebagai agama sempurna bagi manusia, Islam senantiasa memperhatikan fitrah dan kecenderungan manusia. Termasuk dalam hal ini kecenderungannya pada cinta secara umum, maupun mencintai lawan jenisnya secara khusus. Islam tidak pernah menghalangi, menghambat keinginan-keinginan manusia. Islam hanya mengarahkan dan menjaga agar manusia tetap menjadi manusia. Sebab jika tidak diarahkan maka manusia bisa jatuh ke derajat hewan, bahkan dapat lebih rendah dari itu (QS 7:179).

Baca Juga

Agar manusia terarah dan senantiasa berada pada garis koridornya sebagai makhluk mulia, maka Allah mengingatkan soal kecenderungan manusia ini. Telah dibuat indah bagi manusia untuk senang kepada wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda tunggangan, hewan ternak, dan sawah ladang. Semua itu adalah kesenangan duniawi. Dan Allah sebaik-baik tempat kembali (QS.3:14).

Tiga level cinta

Dari ayat itu, secara jelas Allah telah mengarahkan kesenangan tersebut agar manusia tidak 'kebablasan'. Menjelaskan makna ayat tersebut, Dr Abdullah Nasih Ulwan membagi arahan cinta menjadi tiga tingkatan. Pertama, cinta mulia adalah cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya. Jenis kecintaan ini menempati derajat tertinggi dari seorang yang beriman.

Kedua, cinta fitrah yaitu cinta yang dikaruniakan Allah kepada manusia agar saling mengasihi, menyayangi sesamanya, dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Jenis kecintaan ini menempati derajat menengah.

Ketiga, cinta tercela yaitu cinta yang mengutamakan anak, istri, orangtua, dan harta lebih dari kecintaan kepada Allah, Rasul dan jihad. Termasuk cinta tercela adalah mencintai musuh-musuh Allah; dan mencintai lawan jenis serta harta berdasarkan hawa nafsu belaka.

Sebagai orang beriman, ada baiknya kita mengevaluasi kadar cinta yang kita miliki. Apakah benar telah terarah sesuai dengan kehendak Allah, atau belum. Jika benar, pertahankanlah, jika belum, segera luruskan. Semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki cinta mulia.

sumber : Hikmah Republika oleh Zainal Abidin
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement